We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Wednesday, September 29, 2010

Sebuah Canang Pagerwesi

Hari Pagerwesi jatuh pada setiap Budha (Rebo) Kliwon wuku Sinta. Pagerwesi dikenal sebagai hari "payogan" Hyang Pramesti Guru beserta para Dewata Nawasanga serta para Pitara, demi keselamatan alam semesta beserta segenap isinya. Pada tengah malam, menghaturkan "labaan" atau "caru" yang ditujukan pada Panca Mahabhuta. Sesudahnya, dilaksanakanlah yoga-samadhi, meneguhkan cipta agar dapat menahan gejolak indria.

 

Nah, demikianlah yang umumnya disebutkan, dan disosialisasikan secara umum, yang biasanya bisa kita temukan dalam kalender-kalender Bali. Dalam kesempatan ini, kita coba meninjau aspek spiritual-filosofis dari apa yang umumnya disebutkan di dalam kalender Bali itu.

 

Marilah kita perhatikan beberapa substansi terkait berikut:

1. Tengah Malam; pada tengah malam caru kepada Panca Mahabhuta dilaksanakan. Kita ketahui bersama bahwa Panca Mahabhuta adalah bahan-baku-dasar dari jasad manusia serta semua yang berjasad atau berwujud.

2. Di sisi lain, caru adalah korban suci, Bhuta Yadnya, yang laksanakan dengan tulus-ikhlas, guna menetralisir pengaruh negatif semestaraya (makro kosmos) serta tetap menjaga keseimbangan dan keselarasan yang ada; utamanya adalah keselarasan dan harmoni antara makro dengan mikro kosmos.

 

Nah, ini kita coba susuri melalui pertanyaan-pertanyaan berikut:

~ Apa yang semestinya kita caru-kan? dan

~ mengapa dilaksanakan tengah malam?, lebih mendasar lagi

~ mengapa dilaksanakan pada Budha Kliwon Shinta?, serta

~ mengapa dinamakan Pagerwesi?

 

Tentu semuanya itu bukannya tanpa alasan. Pasti ada alasan yang relevan dan signifikan —yang mendasarinya secara spiritual-filosofis. Apakah gerangan itu? Apa yang semestinya kita caru-kan? Itu tak lain adalah kebinatangan kita, berikut dorongan-dorongan indriawi yang tak habis-habisnya serta amat kuat pengaruhnya itu. Semua itu bersumber dari Panca Mahabhuta dengan berbagai implikasinya. Bangkitnya Panca Tanmatra, terkondisikan dengan baik, bilamana Panca Mahabhuta diselaraskan sedemikian rupa. Dengan cara bagaimana?

 

Kliwon terbentuk dari dua kata: "kali" (kala, saat) dan "won" (lelah, capek), sehingga ia bermakna saat sedang lelah-lelahnya jasmani ini. Umumnya, kita semua mencapai puncak kelelahan dan ingin beristirahat (tidur) di tengah malam, setelah seharian bekerja. Apalagi pada hari itu juga melaksanakan upavasa....jadi klop.

 

Jasmani yang lelah, daya-tahan dan kemampuan perlawanannyapun pasti amat rendah. Ia mudah untuk ditundukkan untuk kemudian dikendalikan, karena tenaga kasarnya sudah lemah. Kondisi jasmani yang demikian —yang seringkali juga disebut "layu" atau "laya", amat kondusif digunakan untuk ber-yoga-samadhi. Kenapa? Karena sementara jasmani lelah, rokhani menjadi kuat, demi keseimbangan konstelasi mikrokosmos. Nah, kesempatan inilah yang dimanfaatkan sebaik-baiknya.

 

Dalam Yoga, kita juga mengenal apa yang diistilahkan dengan Brahma Muhurta. Brahma Muhurta mempunyai keterkaitan makna dengan Brahma Murthi (ingat Wisnu Murthi). Saat-saat itu, adalah saat-saat yang terbaik untuk menguatkan cipta. Dikatakan juga bahwa saat itu Brahma Randra (pintu gerbang alam Brahma) sedang terbuka lebar. Bilamana momentum itu terjadi? Konon, menurut beberapa pustaka serta pengalaman para praktisi, adalah sejak lewat tengah malam hingga sekitar pukul 03.30 waktu setempat.

 

Hyang Brahma —yang dalam hal ini bertindak sebagai Hyang Pramesti Guru, Guru Agung Semestaraya— sedang memancarkan kekuatan Cipta-Nya ke 9 penjuru semesta raya (nawa sanga). Pada kesempatan ini pula para pitara menganugrahkan welas-asihnya serta perlindungannya kepada keturunannya. Jadi, memperhatikan semua itu, bukankah tampak betapa idealnya konstelasi kosmik —antara makro dengan mikrokosmis— dengan momentum yang dipilih oleh para yogi Nusantara ini?

 

Pada saat-saat inilah sang yogiswara memanfaatkan momentum sebaik-baiknya dengan tekad yang bulat dan kokoh, ibarat terpagari (pageh = pagar) dengan pagar-besi, PAGERWESI.

 

Pada hari ini, juga dianjurkan untuk ber-upavasa seharian (24 jam). Ber-upavasa dan jagra hingga lewat tengah malam untuk memulai upacara, tentu lebih memastikan kelelahan dari jasmani ini. Seperti disebutkan sebelumya, dengan lelahnya jasmani, rokhani menguat; demikianlah keseimbangan yang 'seharusnya' terjadi.

 

Cobalah praktekkan sekali dalam hidup Anda (bagi yang belum pernah ataupun yang belum berhasil), kali ini saja.

Bulatkan tekad, bangkitkan ketulusan-hati pada sesama makhluk hidup, laksanakanlah Pagerwesi seperti yang diteladani oleh para leluhur.

Bila kita tak ber-upavasa dengan baik seharian (bahkan mungkin sejak 2 hari sebelumnya) dan tidak jagra, besar kemungkinannya kalau kondisi tersebut sulit dicapai. Bila Anda meragukan uraian ini, saya persilahkan Anda mencobanya langsung dengan kesadaran dan pemahaman yang baik. Bila memang terbukti ....bersyukurlah....karma spiritual Anda telah matang; bila belum terbukti, mungkin belum tiba saatnya kematangan itu. Silahkan mencoba lagi!

 

Semoga bermanfaat adanya.

Semoga kita senantiasa dibimbing dalam Dharma, dalam mengarungi samudra Samsara ini.

Semoga semua pendamba Kesempurnaan Jiwa dan Kebebasan Sejati segera mencapai apa yang dicita-citakan.

 

CoPas dr http://www.facebook.com/home.php?#!/notes/ngurah-agung/sebuah-canang-pagerwesi/439203953722

 

 

Monday, September 20, 2010

Wherever You Are, Be There

One of the major reasons why we fail to find happiness or to
Create unique lifestyle is because we have not yet mastered
the art of being.

While we are home our thoughts are still absorbed with
solving the challenges we face at the office.
 

And when we are at the office we find ourselves worrying

about problems at home.

We go through the day without really listening to what
others are saying to us. We may be hearing the words,

but we aren't absorbing the message.

As we go through the day we find ourselves focusing on

past experiences or future possibilities.

We are so involved in yesterday and tomorrow

that we never even notice that today is slipping by.

We go through the day rather than getting something from the
day. We are everywhere at any given moment in time except
living in that moment in time.

Lifestyle is learning to be wherever you are.

It is developing a unique focus on the current moment,

and drawing from it all the substance and wealth of

experience and emotions that it has to offer.

Lifestyle is taking time to watch a sunset.

Lifestyle is listening to silence.

Lifestyle is capturing each moment so
that it becomes a new part of what we are and

of what we are in the process of becoming.

Lifestyle is not something we do; it is something we
experience. And until we learn to be there, we will never
master the art of living well.

To Your Success,
Jim Rohn

 

{copas of The Profec}

 

Sunday, September 19, 2010

Filter

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan meberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple filter Test?"

Filter petama adalah KEBENARAN. "Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN.

Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya..."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada sattu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN.

Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar , buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau kawan yang Anda kasihi.

 

Hasil CoPas milis

 

Thursday, September 9, 2010

Setiap Kemenangan Butuh Kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran…“Ayah, ayah” kata sang anak…

Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …

aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus! …

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…

aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…

“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.

” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”

” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”

” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah?”

” Nah, akhirnya kau mengerti”

” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melewati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”

” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”

” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda harus kuat dan tabah karena ia tahu ada Tuhan di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”

Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Oleh: Nida Tsaura

Hasil CoPas