Dalam film "The Company Men" dengan Ben Affleck dan Tommy Lee Jones yang menjadi pemainnya, dikisahkan seorang eksekutif yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun di satu Perusahaan cukup besar, tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya karena unit kerjanya terkena penutupan dengan alasan rasionalisasi Perusahaan. Dengan gaya hidup yang berjalan, adanya hutang cicilan rumah, hutang cicilan 2 mobil sportnya, 2 anak yang masih sekolah, si eksekutif dibantu istrinya berusaha kembali mengatur keuangan keluarga mereka. Beruntung si eksekutif masih menerima pesangon akibat PHK itu
sehingga masih bisa bertahan hidup selama beberapa bulan.
Bagaimana dengan Anda apabila mengalami hal ini? Terkena PHK atau tiba-tiba Perusahaan tutup. Apakah Anda sudah siap menghadapinya? Mungkin Anda berpikir, ah nanti kan ada pesangon yang berkali lipat jumlahnya dari gaji saya, cukuplah untuk beberapa bulan. Loh, itu kalau ada. Bagaimana kalau tidak ada karena Perusahaan bangkrut? Di sinilah gunanya memiliki Dana Darurat.
Apakah dana darurat itu? Dana darurat adalah sejumlah dana yang khusus disisihkan untuk menghadapi kondisi yang darurat, misalnya terkena PHK atau tiba-tiba ada keluarga yang masuk Rumah Sakit dan butuh dana tunai, dan lain sebagainya yang bersifat darurat. Saya punya pengalaman mengalami PHK dari perusahaan tempat saya bekerja. Bersyukur karena saya sudah memiliki dana darurat ini, selama 2 bulan keluarga saya masih tetap dapat dibiayai tanpa perlu meminjam ke sana ke mari. Setelah saya mendapatkan pekerjaan kembali, dana darurat yang terpakai saya isi ulang (kaya pulsa saja). Saya sarankan, jangan gunakan kartu kredit untuk membiayai biaya hidup Anda selama menghadapi kondisi darurat ini karena Anda dapat terbelit dengan masalah lain yang lebih berat. Gunakan kartu kredit hanya sebagai pengganti uang tunai sementara, misalnya untuk pembayaran Rumah Sakit, tetapi dengan catatan Anda sudah punya sejumlah dana (yang digesek melalui kartu kredit
tersebut)pada rekening di Bank.
Mungkin ada yang berpikir dan beralasan, wah untuk makan saja sudah susah, apalagi ini untuk menabung suatu dana darurat. Menurut saya, golongan pekerja kantoran sekarang dapat dipastikan Anda masih bisa beli rokok, kalau Anda merokok, masih bisa jalan-jalan ke mall, dan pengeluaran lainnya yang sebenarnya bukan kebutuhan mendasar. Anda dapat mengurangi pengeluaran itu dan mulai menyisihkan untuk dana ini.
Ada juga yang berpikir: "Ah kondisi darurat juga jauh dari saya". Yang namanya darurat tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan berapa lama akan terjadi, sehingga seperti pepatah berkata kita harus "Sedia payung sebelum hujan". Jadi siapkan dana yang cukup untuk menghadapi kondisi yang tidak terduga ini. Yang penting adalah menyisihkan sebagian dari penghasilan Anda secara konsisten mulai sekarang dan menyimpannya untuk sesuatu kondisi sangat darurat.
Ok, kalau begitu, berapa dana yang cukup untuk dana darurat ini?
Umumnya sebesar 3 – 12 bulan dari biaya hidup Anda, termasuk premi asuransi dan cicilan hutang. Besarnya jumlah ini akan tergantung dari status Anda apakah lajang atau berkeluarga. Juga tergantung dari tetap atau tidak tetapnya jumlah penghasilan yang diterima Anda. Makin tidak tetap jumlah penghasilan yang Anda terima setiap bulannya, misalnya Anda seorang artis atau pengusaha, maka makin besar jumlah dana yang harus Anda persiapkan untuk kondisi darurat.
Nah apabila Anda belum memiliki dana darurat, segera siapkan.
Bagaimana caranya?
Pertama, tentukan jumlah dana darurat yang harus disediakan. Dana darurat ini tidak harus harus tersedia dalam satu hari. Rencanakan target waktunya, biasanya dengan minimal menyisihkan 10% dari penghasilan Anda sampai mencapai target jumlah. Contoh, dengan biaya hidup per bulan Rp 5 juta, status kawin dengan 1 anak, dana darurat yang dibutuhkan sekitar 6 bulan, sehingga diperlukan dana Rp 30 juta. Dengan penghasilan yang diterima rata-rata per bulan Rp 10 juta maka sebesar Rp 1 juta minimal harus disisihkan untuk ditabung menjadi dana darurat yang akan berjalan selama 30 bulan. Apabila Anda menerima bonus dari perusahaan, sebagian dari bonus tersebut bisa ditambahkan sehingga dana lebih cepat terbentuk. Langsung bayar pada saat gaji diterima, jangan ditunda-tunda. Bisa Anda gunakan fasilitas auto debit pindah rekening. Sekali lagi yang penting disini adalah kedisiplinan Anda dalam melakukan hal ini.
Satu tips dari saya, perlakukan dan jadikan dana darurat ini seperti "Tagihan" yang harus Anda bayar, dimana kalau tidak dibayar akan terjadi masalah, sehingga Anda akan termotivasi melakukan "pembayaran tagihan" atas dana darurat ini.
Sekarang, dimana harus disimpan dana darurat ini?
Sebaiknya tabungan tersebut dimasukkan dalam yang tabungan yang terpisah dari rekening Bank (tabungan) untuk keperluan sehari-hari. Apabila sudah terkumpul kira-kira 3 bulan biaya hidup Anda, sejumlah 1 bulan biaya hidup tersebut dapat Anda pindahkan menjadi deposito berjangka. Atau kalau cukup, dibelikan logam mulia. Demikian seterusnya, sehingga komposisi ideal dari penyimpanan dana darurat ini 20% dana likuid tabungan, 30% dalam deposito dan 50% dalam logam mulia.
Pasti pertama-tama akan sulit untuk melakukan penyisihan penghasilan ini. Tapi dengan disiplin dan kemauan, pasti lama-lama akan mudah. Saya percaya Dana darurat sebagai hal penting dalam perjalanan hidup Anda dan keluarga, pasti dengan mudah tercapai.
Saat situasi kritis keuangan yang mungkin datang di masa depan, Anda akan dengan tenang menghadapinya karena sumber keuangannya sudah Anda miliki melalui pengorbanan yang sudah Anda buat sekarang.
Salam,
Johan Suhadi
Financial Planning
www.MONEYnLOVE.com
"Managing Money with Love"
No comments:
Post a Comment