We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Thursday, December 30, 2010

Tidak takut pada Tuhan!

by Ngurah Agung

 

“Aku tidak takut pada apapun”, kata Sutama.

“Ah...pada apapun?”,  tanya Bushori.

“Ya.”

“Kepada Tuhan sekalipun?”, desak Bushori lagi.

“Ya....sama-sekali tidak takut”, sahut Sutama tegas.

 

Ini tentu membuat Bushori, temannya, tercengang. Sebab, ia sendiri teramat sangat sering mengatakan kalau ia ‘hanya takut kepada Tuhan’ —seperti yang juga dikatakan oleh banyak orang yang merasa saleh.

 

“Kawanku....”, kata Bushori bernada menasehati.

“Kita, sebagai orang-orang beriman mesti takut kepada Tuhan.”

 

“Haruskah aku takut kepada yang teramat sangat ku kasihi?”, sahut Sutama singkat.

 

Bali, Senin, 12 April 2010.

Wednesday, December 29, 2010

41 Ways to Gain 41 Pounds Of Rock-Solid Lean Muscle Mass in 6 Months

By Vince DelMonte - Author of No-Nonsense Muscle Building

 

This article will give you at least 41 tips and ideas for gaining more muscle and getting more ripped than you can imagine.

 

Muscle building expert Vince DelMonte has helped over 20,000 skinny guys and consults with fitness experts all around the world on the most critical and supporting elements to build muscle mass and to experience consistent muscle growth.

 

In this article, Vince unmasks his own secrets that he used for building 41 pounds of steel-solid muscle in only six months – without any drugs or steroids, without bogus supplements, and while training less total hours than before.

 

In just weeks, you can make the same life-changing transformation.  Find out his advanced muscle building strategies on how to build muscle, fast!

 

Whether you approach your physique as a hobby or a job, you should not leave any element to chance and hope it works.  In order to defeat plateaus and forge a ripped and muscular body you need all the tips and tricks you can get.  None of these techniques will work alone but by combining as many together as possible you’ll see a huge difference in your muscle growth – faster than before.

 

1. Begin with 3 full body weight training workouts every 48-hours.

 

2. Take your body weight in pounds and multiply it by 15 to determine your daily caloric intake if you want to gain weight.

 

3. Perform only 1 exercise per body part each full-body workout but perform a different exercise for each body part every workout.  By the end of the week you’ll have hit each muscle group three times from three different angles.

 

4. Consume carbohydrates in a 2:1 ratio to protein after your workout in liquid form (a good post workout shake).

 

5. Perform each set to muscular failure.

 

6. Use a training journal and track your progress.

 

7. Drink at least 4-6 liters of water each day.

 

8. Vary your rep and set schemes more frequently than any other training variable.

 

9. Focus on exploding up on the concentric portion of your movement and taking 3-4 seconds for the eccentric portion of your program.

 

10. Aim to build at least 5-6 pounds of lean muscle mass each month.  Anything more will be fat gain.

 

11. Eat at least 10-15 serving of fruits and vegetables each day.  Some veggies can even fight abdominal fat

 

12. Focus on compound movements for 80% of your workouts.

 

13. Alternate between dumbbells and barbells every 2 weeks.

 

14. Only change an exercise when you plateau on two workouts in a row.

 

15. Enter a fitness model or bodybuilding show or transformation contest to keep you motivated.

 

16. Follow a program for at least 12-16 weeks before trying your next one.

 

17. Pyramiding your sets to consistently increase your strength 5% each week.

 

18. Consume a variety of whole eggs, chicken, lean beef, fish and whole-milk throughout the day for high quality (bioavailable) muscle building protein.

 

19. Use a training partner for motivation and an extra push to experience faster muscular growth.

 

20. Never train hungry if you want to build muscle fast.

 

21. Concentrate your carbohydrates when your body needs them most – breakfast, pre workout and post workout.

 

22. Ensure you do the squat and the deadlift each week to increase the release of growth hormone and testosterone.

 

23. Hire a personal trainer if you have never received professional coaching on technique and form.

 

24. Stretch at least half the amount of time that you lift.  If you lift 3 hours a week, schedule at least 1.5 hours of yoga or static stretching.

 

25. Train a muscle group through it’s entire range of motion to stimulate muscle size.

 

26. Use a 3-day a week 20-minute interval cardio plan, post-workout, to maximize the muscle to fat ratio while bulking.

 

27. Train your most underdeveloped muscle group first in each workout.

 

28. Avoid processed food, packaged food and fast food.

 

29. Avoid protein bars and any muscle building supplement that has sucrulose, aspartame, or other artificial or natural sweeteners.

 

30. Get at least 8-hours of uninterrupted sleep each night.

 

31. Don’t be afraid to overload your muscles with maximal resistance and miss your goal reps.

 

32. Consume a combination of olive oil, fish oil (or the more powerful Krill Oil), coconut oil, mixed nuts and natural peanut butter or almond butter each day to make sure you get ample healthy fats for testosterone and other muscle building hormone production.

 

33. Take a complete week off after 12-16 weeks of training.

 

34. Get a spotter to help you with your heaviest set.

 

35. Have a training program.  Never go to the gym without a plan.

 

36. Perform 5-10 minutes of dynamic stretching before each weight training workout.

 

37. Schedule regular ART-therapy or massage therapy to avoid injuries.

 

38. Cold shower after every intense weight training workout.  It sucks, but it works. Some studies show increased muscle recovery from this technique.

 

39. Eat at least 1 gram of protein per pound of lean body mass each day.

 

40. The core of your workout should revolve around the major multi-joint lifts: squats, deadlifts, rows, presses, pull ups, dips and weighted core work.

 

41. Train with someone bigger and stronger than you. You'll be challenged and motivated to work out harder.

Thursday, December 23, 2010

Memaafkan

Bila ada orang yang berbuat salah kepada Anda, apa respon Anda?  Ada tiga respon yang mungkin muncul.  Pertama, Membalas. Kedua, Tidak Membalas namun Tidak Memaafkan. Dan respon yang ketiga adalah Tidak Membalas dan Memaafkan.  Bila Anda memilih jenis respon yang pertama maka Anda telah menambah satu orang yang sakit hati lagi di dunia ini.  Membalas perlakuan orang lain mungkin akan mendatangkan kepuasan psikologis bagi Anda,  namun ketahuilah kepuasaan itu hanya sesaat.

 

Bila Anda memilih jenis respon yang kedua, Tidak Membalas namun Tidak Memaafkan memang  hal itu tidak akan menyakiti orang lain akan tetapi menyakiti diri Anda sendiri. Kebahagian dan ketenangan hiduppun akan menjauh dari Anda.  Bahkan menurut riset yang dilakukan oleh dokter di Amerika Serikat, keengganan Anda memaafkan orang lain akan menimbulkan banyak penyakit kepada Anda seperti pusing, sakit punggung, sakit leher, sakit perut, depresi, cemas, mudah sakit, dan sulit tidur.

 

Respon yang saya sarankan untuk Anda pilih adalah respon yang ketiga, Tidak Membalas dan   Anda Memaafkan.  Memaafkan bukan berarti melupakan kejadian itu, akan tetapi bermakna melepaskan masa lalu.

 

Agar Anda bersedia Tidak Membalas dan  Anda Memaafkan kesalahan orang lain setidaknya ingatlah dua hal ini.  Pertama, Anggap orang yang telah menyakiti dan berbuat salah kepada Anda adalah seorang dokter yang sedang memberikan imunisasi kepada Anda.  Seorang yang diimunisasi boleh jadi meriang, panas dingin dan susah tidur.  Namun hal itu hanya terjadi sesaat, setelah itu Anda telah memiliki modal yang membuat Anda tahan terhadap serangan penyakit,  semakin kuat, kokoh dan hebat di masa datang.

 

Kedua, Ingatlah tak ada manusia yang sempurna. Ketika Anda bergaul dengan orang lain, fokuskanlah pada kelebihan dan kebaikan orang lain bukan fokus kepada kekurangan orang lain.  Bila ada orang yang menyakiti Anda, bersegeralah Anda duduk kemudian catat semua kelebihan dan kebaikan yang dimiliki oleh orang itu.  Bila Anda tak menemukan kebaikan pada orang tersebut, saya jadi sangsi jangan-jangan Andapun tak memiliki banyak kebaikan.

 

Pembaca,  Bila Anda Memaafkan, bukan orang lain yang mendapat keuntungan, tetapi Andalah yang memperoleh keuntungan itu  

 

Jamil Azzaini

Follow saya di @jamilazzaini, salam suksesmulia

Tuesday, December 14, 2010

Ingin Bahagia? Ini Kuncinya

VIVAnews - Para ilmuwan Australia membuka bocoran mengenai kunci kebahagiaan seseorang. Artikel yang dimuat dalam jurnal ilmiah populer The Science Psikologis memuat beberapa prasyarat sebuah kebahagiaan.

 

Menurut mereka, syarat kebahagiaan adalah:

 

1. memiliki gaya hidup sehat

 

2. kemampuan untuk bermimpi

 

3. penetapan tujuan yang tepat

 

4. kepercayaan untuk merealisasikan tujuan

 

5. memiliki semangat dan rasa cinta

 

6. memiliki hubungan sosial yang sehat

 

7. memiliki pasangan hidup yang tepat

 

Peneliti menggarisbawahi bahwa pasangan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kebahagiaan. Sebab, adanya ketidakcocokan dalam keluarga akan menyebabkan kegagalan dalam bidang hidup lainnya.

 

Sebaliknya, pasangan yang tepat akan menciptakan sebuah hubungan yang aman dan tenang sebagai dasar bagi kebahagiaan keluarga.

 

Temuan mengejutkan lainnya adalah bahwa uang tidak mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Menurut penulis, seperti dilansir Genius Beauty, uang dan kekayaan hanyalah bagian dan konsekuensi dari lima hal, di antaranya pekerjaan dan kesenangan. (pet)

Monday, December 6, 2010

WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?

Bill Cosby memang berharga. Ketika beberapa tahun silam, anaknya Bill Cosby

Jr diterjang peluru, hampir sebagian warga dunia berguncang. Seorang ayah

'ideal' kehilangan anaknya. Puluhan pertanyaan berhamburan dibalik kejadian

itu. Orang-orang tidak membayangkan Bill Cosby Jr punya masalah dengan

bandit-bandit pengedar obat terlarang. Bukankah Bill Cosby seorang ayah

ideal, humoris, sabar, pengertian, enak dan perlu.

 

Tidaklah berlebihan, kalau Alvin F. Poussaint M.D, seorang Asisten Profesor

dari Harvard MedicalSchool, membutuhkan 10 halaman untuk menjelaskan

kehebatan sang tokoh. Namun ada satu pertanyaan inti yang tidak mampu

dijawab secara transparan oleh Bill.yaitu, "Where has Bill gone?".

 

Kemanakah Bill pergi selama ini. Apakah yang ia lakukan sepanjang hari

dengan anaknya. Kenapa, Bill tidak mengetahui sedikitpun tentang sepak

terjang anaknya?

 

Malam, ketika tulisan ini sedang dirampungkan, telpon rumah saya berdering.

Interlokal dari kampung saya disebuah dusun pedalaman Sumatra. Suara gagap

dan ragu-ragu kakak perempuan saya mengabarkan, dua orang keponakan kami

masuk penjara. Satu orang tertangkap sebagai pengedar Narkoba dan satu lagi

sebagai pemakai Narkoba kronis. Sama seperti Bill Cosby, tiba-tiba puluhan

pertanyaan menyergap dan mengepung ruang dalam otak kanan saya. Semua

pertanyaan itu berputar-putar dan akhirnya berpilin pada sebuah

pertanyaan...

 

"Where has their father gone ?"

 

Kemanakah ayah mereka pergi selama ini ?

 

Sehari sebelum saya terima kabar dari kampung, dalam sebuah dialog antara

pemerhati pecandu Narkoba, seorang ibu bercerita. Katanya, tak ada kesakitan

yang lebih mencekam ketimbang cengkraman Narkoba pada anaknya.

Dengan menahan tangis dan sedikit dendam, ia mengatakan anaknya adalah

korban dari hilangnya lelaki dewasa (ayah) dalam putaran kehidupan rumah

tangganya.

 

"Where has the father gone ?"

 

Dimana sih ayah-ayah mereka?

 

Anak-anak yang ditakdirkan menjadi pelaku sejarah diatas hanyalah sebagian

kecil di antara berjuta anak yang sebenarnya tidak membutuhkan konseling

psikologi.

 

Apa yang mereka butuhkan namun seringkali tidak mereka miliki- adalah ayah

yang peduli padanya dan punya waktu untuk bersama. Anak-anak itu tidak butuh

tenaga psikiater tapi dia butuh seseorang yang bisa dipercaya. Lalu

dimanakah ayah-ayah mereka? Ada dua jawaban.

 

Pertama, ayah yang ada tapi suka membolos. Tipe ini kita temukan

dimana-mana. Di lapangan golf, tenis, bulu tangkis, kantor dan tempat

lainnya.

 

Ada ayah yang dinas luar (tugas kantor atau dakwah) ke daerah-daerah hampir

setiap bulan.

 

Ada ayah yang bekerja, berangkat sesudah subuh dan pulang larut malam.

 

Ada juga ayah yang nongkrong, tidur-tiduran ditempat tertentu hanya untuk

melegitimasi bahwa ia sibuk sepanjang hari. Sehingga seolah-olah hanya ada

waktu sisa buat anak-anaknya.

 

Kesimpulannya, ayah-ayah ini ada di mana-mana, tapi mereka sering membolos

dari waktu bersama anaknya. Mereka (ayah-ayah ini) sulit ditemukan di

rapat-rapat POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), karena ada

peninggalan purba yang menyatakan bahwa urusan sekolah adalah hak mutlak

sang ibu semata .

 

Kita jarang menemukan ayah di tempat praktek dokter menggendong anaknya yang

sakit.

 

Kita juga tidak melihatnya di kantor kepolisian mengurus anaknya yang

melakukan tindakan kriminal.Ayah-ayah ini apabila ditanyakan pada

mereka:apakah yang penting dalam hidupmu ? Biasanya mereka menjawab:keluarga

dan

anak-anak. Naifnya, jawaban ini sering tidak tercermin dalam kehidupan

sehari-hari, khususnya bagaimana mereka mengatur waktu dan tenaga mereka

sehari-hari antara pekerjaan dan anak. Simaklah dialog berikut ini:

 

Sang Anak : "Ayah, Yah main bola yuk!"

 

Sang Ayah : "O, ya. Ayah baca koran dulu!"

 

"O, ya. Ayah nonton berita dulu !"

 

"O, ya. Ayah janji main bola hari Sabtu!"

 

"O, ya. Ayah ada acara nih"

 

"O, ya. Ayah lagi cape ? "

 

"O, ya. Ayah lagi banyak kerjaan"

 

"O, ya. Ayah mau tapi ? "

 

Mungkin ayah seperti inilah yang dimaksudkan oleh hasil need assesment dari

Lembaga Demografi salah satu universitas negeri di Jakarta. Jajak pendapat

itu menerangkan empat ciri menonjol ayah tipe Pertama ini. Cepat

marah, jarang ada waktu ngobrol dengan anak, ditakuti anak dan selalu

menakar seluruh pekerjaan dengan uang.

 

Kedua, ayah yang ada (fisik) dan rajin tapi tidak tahu harus berbuat

apa.Kita menemukan ayah-ayah ini sering berada di rumah. Mereka mengerjakan

banyak hal, tapi tidak terlalu mengerti apa yang dikerjakannya. Sebuah

gelombang rutinitas menjebak dan membawanya berputar-putar ke dalam

pekerjaan yang memiliki kualitas rendah.

 

Anak-anak menjumpai tokoh ini sepanjang waktu di rumah, namun sayangnya

lambat laun sang tokoh menjadi tidak berarti dalam kehidupan mereka. Tidak

ada lagi kejutan-kejutan psikologis yang biasa ditunggu-tunggu anak dari

seorang ayah yang normal. Ritme komunikasi berjalan tanpa greget dan hambar.

 

Sebagian besar korban Narkoba dan pelecehan seksual di kalangan remaja

memiliki ayah tipe kedua ini.

 

Bukan Superman tapi Superstar. Benar, ayah bukanlah superman, tapi ia adalah

superstar.

 

Ia bintang di tengah keluarga. Ia pembawa dan penentu model sekaligus agen

sosial. Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan

keluarga. Tapi, sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya.

Ia membutuhkan dukungan, karena bagi lelaki peran ayah bukanlah peran

instingtif.

 

Peran ini lebih membutuhkan bimbingan sosial dari pada wanita dengan

perannya sebagai ibu. Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah

harus mencari dukungan dari dirinya sendiri. Mereka haruslah secara kontinyu

merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan apresiatif.

 

Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia tidaklah satu-satunya ayah

yang sedang belajar menjadi superstar. Bahwa anak-anak membutuhkan cinta,

dukungan, dorongan dan perlindungannya. Bahwa melalui anak-anak

para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, kesucian, kesabaran dan

sebagainya. Bahwa anak-anak melihat dunia luar dengan perantara jendela sang

superstar.

 

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan sabar berlatih.

Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak.

Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR,

memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku cerita

untuk anaknya, mengantar anak les komputer.

 

Ayah-ayah inilah yang akan membuat dunia ini berputar dan menjawab

pertanyaan : "Where have all the fathers gone?" dengan "Here I am. Now and

forever!"

 

*tulisan diambil dari postingan moderator milis sehat, Om Gendi*

Sunday, December 5, 2010

Tips Pembuatan Paspor On-line

Saat ini pengurusan paspor sudah bisa secara on-line, prosedur :

 

1. Masuk ke website http://www.imigrasi.go.id/ —► Layanan Publik —► Layanan On-line

 

2. Siapkan dokumen al: KTP, KK, Akte Lahir/Ijazah, Surat Keterangan Bekerja dll di-scan dengan format JPG, hitam putih dan < 100Kb.

 

3. Lengkapi formulir dan upload semua dokumen di atas maka akan keluar NOMOR REGISTRASI.

 

4. Dua atau tiga hari kemudian kita bisa langsung ke Kantor Imigrasi setempat dengan membawa SEMUA dokumen ASLI-nya dan NOMOR REGISTRASI on-line.

 

5. Setibanya di Kantor Imigrasi laporkan bahwa pengajuan on-line sudah dilakukan, anda akan diminta menunggu sebentar. Petugas akan kasi resi pembayaran ke lantai 2, setelah bayar langsung antri photo (kalau datang awal, bisa langsung photo hari itu juga).

 

6. Sesudah photo, 3 - 5 hari kemudian paspor sudah bisa diambil (dapat diambilkan orang lain dengan surat kuasa).

 

7. Total biaya Rp. 270.000,-

 

 

 

Cukup meluangkan waktu sehari saja...

 

Silahkan mencoba...!!!

 

Copas dr fb

Saturday, December 4, 2010

Delapan Tipe Orang Perlu Dijauhi

By Pipiet Tri Noorastuti, Anda Nurlaila

 

VIVAnews - Hubungan yang sehat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan jiwa. Namun, kerapkali kita terjebak dalam hubungan dengan sosok yang memiliki karakter 'negatif'. Mereka umumnya sering mengeluh, mudah marah, atau tidak sabar.

 

Mengenali karakter seseorang di awal perkenalan menjadi penting. Apalagi jika ada prospek melanjutkannya dalam hubungan yang lebih serius. Kenali sejumlah karakter seseorang, seperti dikutip dari Times of India.

 

1. Memelihara masa lalu

 

Beberapa orang menolak melepaskan masa lalu dan cenderung 'merawat' kenangan menyakitkan. Akibatnya, orang ini hidup dengan kemarahan dan kepahitan. Bila terjadi terus menerus, dapat mempengaruhi orang yang berada di sekitarnya.

 

Solusi: Jika mereka mulai memunculkan subjek masa lalu, jangan ragu memberitahu dia bahwa Anda tidak ingin membicarakannya.

 

2. Mengasihani diri sendiri

 

Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada orang yang merasa menanggung beban seluruh dunia. Alih-alih mencari solusi, orang tipe ini terus mengasihani diri sendiri dan tidak melihat jalan keluar.

 

Solusi: Tawarkan bantuan dan jika masih tidak mau berubah, sebaiknya menjauh darinya.

 

3. Munafik

 

Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada berhubungan dengan orang yang memiliki sifat 'lain di mulut lain di hati'. Di depan Anda, dia muncul orang yang paling manis, namun bersikap sebaliknya di belakang Anda.

 

Solusi: Jika Anda menangkap ini terjadi berulangkali kepada orang lain, segera jauhi. Bukan tidak mungkin dia melakukan hal serupa kepada Anda.

 

4. Selalu negatif

 

Dia adalah jenis orang yang selalu memandang hal negatif dari hidup mereka.

 

Solusi: Bantulah melihat sisi positif dari dirinya. Jika tidak mau menerima, jangan biarkan hal negatif itu mempengaruhi Anda.

 

5. Paling sempurna

 

Orang seperti ini biasanya merasa lebih baik dan menarik daripada orang lain. Ia sangat menikmati aktivitas mengkritik dan menertawai orang lain.

 

Solusi: Bersikap sabar dengan perilakunya. Namun, jika mereka tidak berubah, sudah saatnya Anda untuk meninggalkannya.

 

6. Bangga mengumbar rahasia

 

Mereka sangat bangga menceritakan skandal dalam hidup dan senang melibatkan sebanyak mungkin orang dalam perdebatan.

 

Solusi: Bisa saja Anda dapat mendengarkannya. Namun bila mempengaruhi diri sendiri, segera menjauh.

 

7. Frustasi

 

Orang ini selalu merasa frustrasi dengan hidupnya dan melampiaskannya pada orang lain di sekitarnya. Bahkan, seringkali mereka mengambil kesimpulan yang irasional.

 

Solusi: Jika ia mulai merencanakan sesuatu yang gila katakan bahwa hal itu mengganggu Anda.

 

8. Sang Komentator

 

Orang seperti ini mengomentari semua yang terjadi dalam kehidupan orang lain. Seringkali, perkataan mereka menimbulkan perkelahian.

 

Solusi: Berhati-hatilah bila berada di sekitar orang tersebut dan berhati-hati dengan perkataan Anda.

 

http://id.news.yahoo.com/viva/20101201/tls-delapan-tipe-orang-perlu-dijauhi-34dae5e.html

 

Wednesday, December 1, 2010

Tips Menulis-#1 : Kaidah 'Fair Use' Dalam Membuat Karya Tulis

Hore,

 

Hari Baru!

 

Teman-teman.

 

Akhir-akhir ini semangat untuk menulis buku bermunculan dimana-mana. Tentu hal ini layak dipandang secara positif. Ini adalah pertanda bahwa masyarakat kita sedang bergerak menuju ke arah ‘mencerdaskan’ kehidupan bangsa. Bagi saya pribadi, menulis buku bukan semata-mata mencerdaskan bangsa, melainkan mencerdaskan diri sendiri. Sebab, dengan menulis buku justru saya bisa menasihati diri sendiri. Apakah Anda tertarik untuk menulis buku juga?

 

Sebelum memulai menulis buku, ada baiknya Anda mengenal beberapa hal penting yang dapat menghindarkan kita dari masalah yang tidak diharapkan di kemudian hari. Khususnya hal-hal yang berkaitan dengan copyright atau hak cipta dari karya orang lain. Mengapa demikian? Karena, tidak jarang penulis buku tergoda untuk mengambil nukilan, kutipan, atau penggalan kalimat dari karya tulis orang lain. Apakah hal ini boleh dilakukan? Tentu saja boleh jika Anda memerlukannya.

 

Tetapi kalau Anda melakukannya, maka perlu difahami terlebih dahulu bahwa setiap karya tulis orang lain dilindungi oleh undang-undang hak cipta (copy right). Baik itu tulisan yang dipublikasikan, maupun yang belum. Masa berlaku hak cipta adalah selama penulisnya masih hidup ditambah 50 tahun berikutnya. Misalnya, jika penulis meninggal dunia tahun 2010, maka hak ciptanya masih dijamin sampai tahun 2050. Artinya, kita tidak boleh sembarangan mengambil atau mengutipnya begitu saja. Hal ini dijamin oleh Undang-Undang.

 

Didalam dunia penulisan dan penerbitan, ada yang dikenal dengan istilah ‘fair use’. Kira-kira artinya adalah; kita boleh mengambil ‘beberapa kalimat’ dari tulisan orang lain tanpa harus minta ijin kepada penulisnya. Yang dimaksud ‘beberapa kalimat’ itu apa? Memang tidak jelas betul. Tetapi, tentu ada unsur-unsur kepantasan. Kalau sudah sepuluh kalimat misalnya, artinya ya bukan ‘beberapa kalimat’ lagi, bukan? Apalagi jika jumlahnya sampai ‘beberapa halaman’, itu sama sekali bukanlah kategori ‘fair use’.

 

Kalau Anda membaca kutipan dalam buku-buku yang ditulis oleh para penulis professional, Anda bisa melihat betapa mereka berbesar hati menyebutkan nama penulis aslinya. Bahkan sekalipun hanya mengutip satu atau dua kalimat saja. Artinya meskipun hanya satu atau dua kalimat yang Anda kutip, sepatutnya Anda sebutkan nama mereka setelah kalimat yang Anda ‘pinjam’ itu.

 

Sewaktu saya berdiskusi dengan salah satu penerbit di luar negeri untuk keperluan naskah saya, mereka mengatakan; “If you are in doubt, you’d better ask for permission from the author.” Jika Anda ragu, sebaiknya Anda minta ijin saja kepada penulis aslinya. Sedemikian hati-hatinya mereka dalam memperlakukan karya cipta seseorang.

 

Satu hal penting lain dari penggunaan ‘fair use’ adalah; kita sebagai penulis memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa pembaca buku atau karya tulis kita tetap bisa mengidentifikasi ‘mana kalimat kita sendiri’, dan ‘mana kalimat yang kita kutip dari orang lain’. Itulah sebabnya, sangat baik jika sebelum atau sesudah kutipan yang kita ambil langsung dicantumkan nama penulis aslinya. Misalnya, “Habis Gelap, Terbitlah Terang” (RA Kartini). Dengan begitu, pembaca tahu bahwa kalimat itu kita kutip dari karya Ibu RA Kartini, bukan hasil pemikiran kita sendiri. Contoh ini saya ambil untuk mudahnya saja. Di zaman ekarang, saya cukup sering melihat buku-buku yang kalimat-kalimatnya tidak orisinil. Tetapi, pembaca awam mengira bahwa kalimat itu merupakan karya orisinil sang penulis. Padahal, para penulis buku-buku itu mengambilnya dari sumber lain. Ini juga bukan bagian dari ‘fair use’, melainkan copyright infringement.

 

Banyak juga penulis, bahkan penerbit yang berkilah; “Saya sudah mencantumkan sumbernya di daftar pustaka, kok!”

 

Itu betul. Tetapi sekaligus keliru. Mengapa keliru? Karena kita membuat samar siapa penulis sebenarnya. Lihat saja buku-buku yang dijual di toko buku. Cukup banyak buku yang ditulis dengan cara ‘ambil sana, ambil sini’. Dalam daftar pustaka memang dituliskan buku-buku yang dikutipnya. Namun pembaca tidak tahu, bagian mana dari buku itu yang dikutip, dan kalimatnya seperti apa. Dalam dunia penulisan dan penerbitan yang bertata karma, hal itu bukanlah praktek yang baik.

 

Sekarang saya akan memberi Anda contoh bagaimana cara yang beretika dalam mengutip kalimat dari hasil karya orang lain. Pada halaman ke-79 dalam buku berjudul “Ketika Kuda, Semut dan Gajah Bekerja” yang saya tulis tertera kalimat berikut ini: “Mulailah dari apa yang pernah dikatakan oleh Christopher Morley;“The fellow who doesn’t need the boss, is often selected to be one”. Dalam kalimat yang saya kutip itu, jelas sekali siapa sebenarnya orang yang memiliki originalitas kalimat itu. Sehingga pembaca buku saya tahu dengan jelas dan terang benderang bahwa kalimat “The fellow who doesn’t need the boss, is often selected to be one” itu bukan karya original Dadang Kadarusman sebagai penulis buku “Ketika Kuda, Semut dan Gajah Bekerja”, melainkan kalimat yang ‘dikutip’ oleh Dadang dari seorang pemikir lain yang bernama Chritopher Morley.

 

Lho, itu kan hanya satu kalimat? Iya, meskipun hanya satu kalimat tetapi tetap saja kalimat itu bukan milik saya. Dan pembaca patut memahami hal itu. Kalaupun pembaca manganggap kalimat itu baik, maka kreditnya bukan untuk saya, melainkan untuk Pak Chritopher Morley itu. Untuk setiap kalimat yang Anda ‘pinjam’ dari karya orang lain; bersediakah Anda mencantumkan nama pemikir aslinya secara terang benderang seperti itu?

 

Apakah dengan ‘berterus terang’ seperti itu tidak akan menyebabkan kredibilitas saya sebagai penulis jadi jatuh? Saya yakin tidak. Justru orang semakin respek karena integritas kita yang tinggi. Malah sebaliknya, saya akan terhina sekali jika suatu saat nanti buku saya dibaca oleh seseorang yang tahu bahwa itu bukan kalimat saya. Dia pasti melecehkan saya sebagai tukang caplok pemikiran orang lain. Apa lagi seandainya yang membaca itu Pak Chritopher Morley sendiri. Bisa Anda bayangkan bagaimana jadinya, bukan?

 

Demikian ulasan singkat tentang istilah ‘fair use’ dalam dunia karya tulis dan penerbitan. Mudah-mudahan dapat menjadi referensi berharga bagi siapa saja yang ingin memulai kegiatannya sebagai penulis. Semoga dengan begitu kita juga bisa menghormati para pemikir dan penulis lain. Mulailah menulis, dan mulailah dengan kelapangan hati untuk menghargai karya tulis orang lain.   

 

 

Mari Berbagi Semangat!

 

Dadang Kadarusman

 

Leadership & People Development Training

 

www.dadangkadarusman.com & www.bukudadang.com

 

 

Monday, November 29, 2010

4 Langkah Sukses Berkolaborasi dengan Media Massa

Bagi Anda yang ingin mendapatkan efek besar dari media massa tapi tak mau keluar terlalu banyak uang, trik-trik ini mungkin bisa menjadi salah satu jawaban. Kalau Anda mau berusaha pasti ada jalan.

 

Trik-trik ini merupakan intisari dari salah satu buku yang sedang kami susun, tentang bagaimana berhubungan dengan media massa, yang efisien dan efektif. Low cost high impact (Berkawan dengan Wartawan). Buku tersebut merupakan penyempurnaan dari buku “Bermitra dengan Radio, Perbesar Bisnis Anda.”

 

Kenalan dengan Media Massa

 

Yes, kalau mau mendapatkan keuntungan dari pihak lain, maka kita harus berkenalan dengan media massa. Sederhana sekali hukum yang berlaku dalam sistem alami ini, yaitu “Siapa tak kenal maka tak sayang.” Maka, berkenalanlah…

 

Tapi berkenalan dengan siapa dan apa yang harus dikenal? Ini dia jawabannya:

 

# Kenali Karakternya (Beda jenis media, berbeda pula karakternya. Beda kebijakan, beda pula perilakunya)

 

# Kenalan dengan Punggawanya (Jangan abaikan peran wartawan, reporter, penyiar, editor atau redaktur. Kenalanlah dengan mereka. Berbaik-baiklah dengan mereka.)

 

# Kenalan dengan Penonton/Pendengar/Pembacanya (Jangan hanya dengan medianya, tapi kenali pula karakter pemirsa, pembaca atau pendengar media massa. Makin kenal dengan karakternya, makin mudah untuk bergaul dengan mereka).

 

Poles Diri

 

Selain berkenalan dengan media massa, jangan lupakan diri sendiri. Pihak lain akan senang berkenalan dengan orang yang berkualitas. Makin berkualitas diri kita, maka makin mudah bagi kita untuk berkenalan dengan orang lain. Maka tak ada jalan lain kecuali, perbaiki kualitas diri kita, poles menjadi lebih baik, dan menarik di mata media massa.

 

Banyak cara memoles diri, antara lain:

 

# Jadilah Pakar. Jika Anda menguasai bidang tertentu, kuasai dengan sungguh-sungguh. Media massa sangat butuh narasumber yang ahli di bidang tertentu. Siapa tahu Anda orangnya.

 

# Perbaiki Penampilan. Saat ini adalah jaman kemasan. Siapa yang kemasannya yahud, maka dialah yang pertama kali akan mendapatkan keuntungan. Demikian pula di mata media massa. Jika penampilan Anda (fisik maupun non fisik) ok, maka mereka akan mengejar Anda.

 

# Latih Suara. Belajar bicara dengan baik dan menarik. Media massa jenis radio dan televisi, sangat butuh pihak yang punya daya tarik tinggi dalam berbicara. Latihlah…

 

# Belajar Menulis. Yang ini dibutuhkan oleh media cetak. Jika Anda terampil menulis, maka tulisan Anda akan dengan senang hati ditampilkan oleh media cetak. Siapa mau?

 

Kerja sama

 

Kalau Anda hanya mengandalkan diri sendiri dalam menarik minat media massa, tentu perlu usaha yang lebih berat. Akan lebih baik jika Anda bekerja sama dengan pihak lain, agar media massa lebih tertarik lagi.

 

Berikut beberapa langkah diantaranya:

 

# Gabung dengan organisasi profesi. Jangan ragu untuk masuk organisasi profesi. Dampaknya akan sangat positif buat Anda. Media massa sangat senang jika berhubungan dengan aktivis organisasi tertentu.

 

# Gabung dengan asosiasi. Selain organisasi profesi, bergabunglah dengan asosiasi yang lebih besar. Biasanya lintas profesi atau lintas organisasi. Efeknya akan sangat positif.

 

# Aktiflah di asosiasi/organisasi. Setelah bergabung dengan asoiasi/organisasi, jangan menjadi anggota pasif, tapi aktiflah di sana. Manfaatkan segala momentum dan kesempatan untuk kebaikan Anda.

 

Unik

 

Langkah terakhir agar Anda bisa berhubungan dan berkolaborasi dengan media massa adalah jadilah makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya. Ini tidak mudah, tapi terbukti mampu dilakukan oleh banyak orang. Berkat keunikannya, mereka sukses bermitra dengan media massa.

 

Ikuti langkah ini, dan bersiaplah menjadi partner media massa:

 

# Ciptakan Sesuatu yang Unik

 

# Hindari yang Biasa

 

# Terus Mencoba dan Berubah

 

Selamat mencoba, dan bersiaplah bermitra dengan media massa, secara menguntungkan.

 

Dodi Mawardi

Pengelola Sekolah Menulis Kre@tif Indonesia

Penulis buku "Belajar Goblok dari Bob Sadino" dan "Cara Mudah Menulis Buku Metode 12 PAS"

 

Kunjungi:

www.sekolahmenuliskreatif.com

www.dodimawardi.wordpress.com