We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Saturday, October 2, 2010

Kesembuhan, Kedamaian dan Keheningan

Oleh: Gede Prama

 

Di ruang minum teh, seorang murid bertanya kepada gurunya. “Mana jalan tercepat menuju pencerahan?”

Gurunya bergunam, “Minumlah tehmu.”

 

Setelah teh habis, guru ini lagi-lagi bergunam, “Sekarang cuci cangkirmu.” Hanya dengan mendengar pesan sederhana ini ternyata sang murid mendapat pencerahan. Bagi orang kebanyakan cerita ini susah dimengerti. Namun, bagi yang lama bermeditasi, kisah ini mengagumkan.

 

Pencerahan tidak ada di tempat dan waktu yang jauh, setiap guru tercerahkan mengalaminya saat ini. Pencerahan teramat dekat, serupa buku. Karena teramat dekat, banyak yang tidak bisa membacanya. Pencerahan teramat sederhana, tetapi karena pikiran menyukai kerumitan, banyak yang tidak mempercayainya. Mungkin itu sebabnya judul karya klasik Larry Rosenberg (2004) adalah Breath by breath. Menyatu besama tarikan dan hembusan napas, temukan ketenangan, kelembutan, kesejukan. Baru kemudian mengisi dengan kasih dan kemuliaan.

 

Penderitaan buatan

 

Menggunungnya penderitaan manusia – dari penyakit badan, kejiwaan, sampai spiritual – sesungguhnya sebagian lebih kependeritaan buatan sendiri, bukan alami. Sebutlah seorang yang kalah dalam pemilihan umum kepala daerah. Kalah adalah penderitaan alami. Namun, marah-marah kepada pemilih, menuduh pemenang dan penyelenggara curang tanpa bukti, menyerang orang, dan akhirnya ditangkap polisi adalah penderitaan lebih besar yang dibuat sendiri.

 

Ini ciri khas manusia yang belum membadankan kesadaran, kesehariannya teramat sibuk menendang atau mencengkeram. Dukacita, kekalahan, dan hal menjengkelkan lainnya ditendang. Sukacita, kesenangan, dan hal menyenangkan lainnya dicengkeram. Padahal kehidupan serupa gelombang. Gelombang tinggi (baca: kesuksesan dan kemenangan) tidak bisa ditahan dengan keserakahan agar selalu tinggi. Gelombang rendah (kegagalan, kesialan) tidak bisa dipaksa kesedihan agar cepat menghilang. Semua akan berputar alami.

Kesadaran dicengkeram, dibawa pergi oleh perasaan dan pikiran. Ini penyebab manusia ketika marah melakukan hal-hal berbahaya. Namun, melalui meditasi, perlahan-lahan kesadaran berpisah dengan pikiran dan perasaan. Kemarahan dan kebencian mirip mata pancing nelayan. Siapa yang menangkapnya susah sekali untuk lepas. Itu sebabnya, mata kesadaran diibaratkan dengan mata ikan yang terus-menerus terbuka. Dalam tidur, mata fisik boleh tertutup, tetapi melalui yoga mimpi, bahkan di dalam tidur pun mata kesadaran sebaiknya terbuka. Artinya, kesadaran mendalam bisa membuat seseorang sadar dan mimpi.

 

Kendati demikian, meditasi tak membuat seseorang bebas sepenuhnya dari masalah. Bahkan guru paling tercerahkan sekalipun, bila sampai pada putaran waktunya, akan tetap digoda masalah. Bedanya dengan orang kebanyakan, guru tercerahkan mengolah setiap masalah jadi berkah yang membunyikan bel kesadaran dalam diri. Seperti akar beracun diracik jadi obat.

 

Tiga jenis manusia

 

Maka manusia bisa dikategorikan dalam tiga jenis:

 

Pertama, mereka yang melawan kemudian penuh penderitaan.

Kedua, yang menyatu dengan setiap putaran kemudian mendapat kedamaian.

Ketiga, yang mengolah kejadian menjadi bahan pencerahan.

 

Seorang sahabat asli Singapura yang bosan melihat keteraturan di negerinya bahagia sekali ketika pertama kali di Bali. Ia tersenyum melihat manusia mengendarai motor tanpa helm atau satu motor dinaiki empat orang.

 

Bila sahabat Singapura itu orang biasa, ia akan menendang kekiniannya sebagai warga Singapura yang menderita di tengah keteraturan dan mengira orang Bali bahagia. Jika ia guru tercerahkan, mungkin ia melihat pengalaman pencerahan. Keempat warga Bali di satu sepeda motor jelas sekali menyatu dengan tiupan angin, menemukan kedamaian dalam kekinian. Dalam pandangan guru tercerahkan, hidup adalah kasih sayang dalam tindakan. Kesederhanaan satu motor bukan penghalang berputarnya kasih sayang.

 

Problem manusia kekinian, baru bahagia bila memiliki yang dimiliki orang lain. Atau merasakan bahagia ketika sejumlah keinginan tercapai. Banyak orang yang tidak berjumpa apa-apa dengan pendekatan ini, bahkan kesembuhan, kedamaian, keheningan hilang. Diterangi cahaya pemahaman ini, dibanding memperparah kehidupan dengan menendang yang menjengkelkan serta mencengkeram yang menyenangkan, mungkin indah mengingat pesan guru yang bergunam “Minumlah tehmu.”

 

Memeluk lembut kekinian dengan ketenangan, keteduhan, keindahan kasih sayang itulah kesembuhan, kedamaian, keheningan. Mereka yang sudah sampai di sini akan memancarkan cinta ke delapan arah. Berbahagia melihat yang atas berbahagia, berdoa untuk kebahagiaan mereka yang masih di bawah.

 

[Gede Prama, Penulis Buku Pencerahan dalam Perjalanan:Menyirami Bibit-bibit Kesembuhan, Keteduhan, kedamaian. Kompas, 25/9/2010.]

 

 

No comments: