We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Tuesday, November 24, 2009

Bersahabat dengan Diri Sendiri

www.dharmavada.wordpress.com

Om Swastyastu-Salam Kasih

SETIAP manusia yang normal pada umumnya pasti menginginkan
mendapatkan kepuasan dalam hidupnya di dunia ini. Cuma kepuasan yang lebih
banyak didorong oleh gejolak nafsu keinginan tidak akan pernah mampu
mewujudkan
kepuasan itu dalam hidupnya. Bahkan, Mahatma Gandhi menyatakan keinginan
tanpa
dikendalikan oleh kesadaran budhi dapat menimbulkan dosa sosial. Karena itu,
Wrehaspati Tattwa 32 menyatakan
hendaknya manusia membatasi diri untuk mencari kepuasan hidup.

Kepuasan itu ada dua yaitu kepuasan jasmaniah disebut Wahya Tusti dan
kepuasan
hidup rohaniah disebut Adyatmika Tusti. Kepuasan jasmaniah itu ada lima dan
salah satu dari lima kepuasan itu ada disebut sangga. Sangga
adalah memperoleh kepuasan karena mendapatkan kasih sayang lingkungan.
Hubungan
kasih itu didapat baik dalam kehidupan bersama dalam keluarga, di tempat
bekerja, dan juga dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas dari
keluarga
dan tempat bekerja itu. Pada zaman Kali ini mendapatkan hubungan kasih
sayang
yang terhormat penuh sahabat tidaklah semudah teorinya. Apalagi ada ahli
meditasi menyatakan bahwa zaman Kali ini sebagian terbesar atmosfir rohani
ditutupi oleh vibrasi buruk yang dipancarkan oleh sifat-sifat Adharma.

Dalam Manawa Dharmasastra 1.81-82 dinyatakan pada zaman Kali Dharma hanya
berkaki satu, sedangkan Adharma berkaki
tiga.

Karena itu, menyuarakan kebenaran dan keadilan pada zaman Kali ini tidaklah
mudah. Kalau berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan kuatkanlah
memegang prinsip-prinsip hidup yang benar itu. Jangan mudah tergoyah hanya
ingin mendapatkan kepuasan sosiologis yang disebut sangga itu.

Kalau ingin memperjuangkan kebenaran pada zaman Kali ini harus siap-siap
untuk
kehilangan hubungan sosiologis berupa kasih sayang lingkungan yang disebut
sangga itu. Siapkan diri untuk membangun kehidupan yang mampu bersahabat
dengan
diri kita sendiri. Jangan terlalu berharap untuk mendapatkan kepuasan
sosiologis yang disebut sangga itu dari pihak lain.

Membangun kehidupan yang bersahabat dengan diri sendiri dapat dilakukan
dengan
membangun rasa dekat dengan tiga hal. Rasa dekat dengan tiga hal itu adalah
Dewa Abhimana, Dharma Abhimana dan Desa Abhimana. Tiga rasa dekat itulah
yang
wajib kita bangun sehingga kita tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang.
Kita pun tidak akan merasa jauh dengan siapa pun. Sangga atau kepuasan
hubungan
sosial pun tetap kita akan rasakan.

Dewa Abhimana artinya kita selalu merasa dekat dengan Tuhan karena selalu
melakukan sradha dan bhakti kepada Tuhan. Demikian pula dengan Dharma
Abhimana
adanya rasa dekat dengan kebenaran. Kalau kita melindungi Dharma yakinlah
Dharma pasti melindungi kita. Katakanlah yang benar itu benar dan yang salah
itu salah dengan penuh keyakinan bahwa kebenaran itu akhirnya pasti tegak
dan
unggul.

Selanjutnya Desa Abhimana adalah adanya rasa dekat dengan tanah kelahiran
melalui pengabdian pada tanah tumpah darah. Adanya rasa dekat pada tanah
kelahiran itu melalui pengabdian yang tulus tanpa ada keinginan untuk
disanjung-sanjung dan pamrih-pamrih lainnya. Dengan membangun ikatan kasih
sayang pada Tuhan, kebenaran (Dharma) dan tanah kelahiran itu kita cukup
mendapat rasa bersahabat. Itulah sesungguhnya wujud bersahabat dengan diri
sendiri. Ini artinya bukanlah menolak adanya kasih sayang di luar tiga hal
itu.

Membangun persahabatan dengan diri sendiri akan dapat membangun sikap hidup
yang setara dan merdeka dalam membangun suatu persahabatan dengan siapa saja

Apakah mereka itu penguasa, orang kaya, punya pengaruh, bangsawan dsb. hal
itu
tidak menjadi perhitungan kita dalam membangun suatu persahabatan.
Kesetaraan
dan kemerdekaan dalam persaudaraan akan terjadi apabila kita tidak
meletakkan
persahabatan itu sebagai suatu persahabatan yang penuh dengan pamrih.

Bagi mereka yang mampu membangun persahabatan dengan dirinya sendiri tidak
takut berseberangan dengan siapa saja asal untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan. Berseberangan itu bukan karena bermusuhan tetapi untuk tegaknya
Dharma. Kritik atau kontrol sosial dilakukan didasarkan pada kasih dan itu
wujud bersahabat juga.

Om Santih Santih Santih Om

No comments: