We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Friday, September 25, 2009

PHDI menuju Federasi

Berikut kutipan wawancara majalah gumi Bali SARAD dengan Agus. S Mantik, seorang tokoh Hindu yang tetap konsisten memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif, baik bagi Hindu secara keseluruhan, maupun bagi Parisada.


Bagaimana Anda menanggapi stigma Balinisasi?


Ketika Pemerintah membentuk Bagian Hindu dalam Departemen Agama Republik Indonesia yang kemudian dibarengi dengan pembentukan Parisada Dharma Hindu Bali (1959) pada tahun berikutnya, satu hal paling penting yang disadari ketika itu adalah bahwasanya Hindu itu tidaklah satu melainkan plural. Hindu itu tidak saja ada di Bali, melainkan hampir di seluruh pelosok Nusantara ini.


Kesadaran itu hanya ada sampai digantinya nama majelis agama ini menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia, akan tetapi tidak ada tindakan berarti yang sudah dilaksanakan untuk mengakomodasi pluralisme dalam Hindu ini. Hal ini sebenarnya tidak seluruhnya merupakan kesalahan Hindu etnis Bali: ada berbagai hal yang menyebabkannya akan tetapi yang terpenting adalah bahwasanya karena jumlah yang jauh lebih besar dan juga kesadaran beragamanya sudah lebih kuat maka etnis lainnya melihat Bali sebagai mercu suar dan tumpuan untuk memimpin ke depan.


Harapan ini tidak dilaksanakan dengan baik sehingga ada kesan mengenai Balinisasi dan sebagainya. Padahal, kalau semua memperoleh tempat (yang sejajar) maka Majelis Agama Hindu ini akan memperoleh suntikan gagasan-gagasan dan juga kekuatan moral yang luar biasa besarnya. Hal ini dengan jelas dikatakan oleh Dirjen Bimas Hindu dalam sebuah wawancaranya dengan sebuah majalah Hindu beberapa waktu lalu. Sebuah majelis agama Hindu yang representatif, tempat semua merasa diwakili, adalah keperluan mendesak di masa depan. Malah Dirjen Bimas Hindu melontarkan gagasan mengenai sebuah Majelis Agama yang berbentuk federasi. Menurut saya, ide federasi sangat cocok diterapkan di tubuh Parisada, karena umat di daerah lain sudah cukup otonom dan mandiri. Di samping itu, untuk menghindari dominasi orang Bali di luar Bali.


Parisada itu sesungguhnya organisasi siapa?


Pertanyaan ini dengan jelas dijawab dalam Anggaran Dasar (AD) Parisada sendiri bahwa dia adalah organisasi para pendeta/brahmana dan dalam berbagai penjelasan oleh para petingginya dengan gamblang dikatakan bahwa Parisada dibentuk dengan mengacu kepada Manavadharmasastra. Hal ini sungguh menertawakan sebab di India sendiri tidak ada satu pun organisasi keagamaan yang mengacu kepada sastra ini. Mereka (India) berbuat demikian karena tidak ada suatu kewajiban bahwa sebuah majelis/organisasi agama harus sesuai dengan sesuatu yang bukan sruti yangbahkan sudah ada di zaman ribuan tahun lalu (sudah outdated!). Malahan dalam sruti (Rg Veda) sendiri dikatakan bahwa hal-hal yang sudah tidak sesuai dengan kemajuan zaman sebaiknya ditinggalkan saja! Pada bagian lain dinyatakan dengan gamblang bahwa sepanjang perkembangannya Hinduisme selalu mencari kebenaran dan tidak pernah bertahan di dalam kepercayaan. Gandhi sendiri berbicara mengenai Tuhan sebagai kebenaran (satyam).


Bagaimana Anda memandang struktur Parisada saat ini?


Dalam berbagai majelis keagamaan, baik besar maupun kecil, acuan membuat struktur organisasi adalah apakah bisa jalan atau tidak. Sebagai contoh, Visva Hindu Parisada (VHP), satu di antara majelis yang besar (mungkin juga paling besar), struktur organisasinya sangat modern, di mana yang tertinggi adalah Board of Trustee (semacam Dewan Pembina). Adapun tugas sehari-hari dijalankan oleh Board of Governors (semacam Dewan Gubernur) di mana salah seorang anggota dewan ini diangkat sebagai ketua yang menjalankan tugas mirip CEO. Bisa dibayangkan di India yang sekuler, di mana pemerintahnya tidak mau tahu dan tidak membantu organisasi agama, VHP memiliki 26.000 lokal sekolah dan organisasinya menyebar sampai ke luar negeri.


Kepastian (sesuai dengan AD) bahwasanya Parisada adalah majelis para sulinggih membawa konsekuensi yang tidak kalah serius bagi masa depan Parisada, sebab di Bali khususnya sulinggih adalah kelompok brahmana yang tugas pokoknya adalah menjalankan upacara dan masalah-masalah yang berhubungan dengan hal itu. Kehidupan keluarga seorang sulinggih ditentukan oleh kelancaran tugas-tugasnya dalam menjalankan upacara. Jelaslah di sini bahwa sulinggih adalah lebih banyak merupakan profesi dan bukan sikap mental, seperti dijelaskan dalam Vajrasucika Upanisad. Dengan demikian ketrampilan sulinggih di Bali lebih banyak berhubungan dengan hal-hal yang bersifat upacara dan tidak banyak bersinggungan dengan tattva, masalah keumatan, apalagi pengetahuan yang bersifat perbandingan agama. Padahal, wiweka dalam ketiga hal ini sebenarnya sangatlah penting dalam persinggungan di antara kelompok masyarakat seperti sekarang ini.


Bagaimana idealnya pengurus yang duduk di Parisada?


Demikian banyak waktu yang dihabiskan untuk menjalankan upacara sehingga peran dan waktu sulinggih yang disisakan buat organisasi tentu saja tidak besar. Dengan demikian adalah tidak adil juga apabila Anggaran Dasar Parisada mewajibkan eksekutif yang menjalankan kewajiban sehari-hari (Pengurus Harian) harus penuh waktu. Inilah sesungguhnya masalah paling penting yang harus disikapi di masa mendatang yang dekat ini: apakah Parisada tetap bertahan dalam kepercayaan bahwa mereka yang duduk dalam parisad seperti yang diamanatkan Manavadharmasastra dan sering menjadi acuan para 'pakar'?

Majelis agama sebenarnya memerlukan bukan saja orang-orang yang cakap, yang paham perihal rangkaian masalah yang dihadapi, akan tetapi juga orang-orang yang mau membaktikan keseluruhan waktunya untuk kepentingan umat. Hal ini tidak akan diperoleh oleh kelompok brahmana (baca: pendeta) yang panggilan hidupnya berhubungan dengan masalah upacara (ritual). Tidak di India, tidak di sini, dan di mana pun!

Sejarah setengah abad Majelis Agama Hindu yang bernama Parisada di negara kita sudah membuktikan hal itu. Majelis ini memerlukan orang-orang yang keseluruhan hidupnya ber-yajna, sarva-medha, atau purusa-medha, seperti yang dikatakan dalam sruti. Bagaimana orang-orang seperti itu akan bisa menyambung hidup kesehariannya, makan, keperluan pribadi, dan lain-lain?


Dalam sruti dengan jelas dikatakan bahwa Tuhan berjanji kepada mereka yang membaktikan keseluruhan hidupnya untuk menjalankan pekerjaan-Nya, dia tidak perlu khawatir sebab keseluruhan hidupnya akan ditanggung oleh-Nya. Hanya orang-orang seperti inilah, para sannyasi, yang akan bisa menjalankan roda organisasi yang bernama Majelis Agama, sebab orang-orang yang demikian sajalah yang memiliki waktu dan commitment untuk berjuang melaksanakan pekerjaan Tuhan dan mengosongkan hatinya dari urusan-urusan lainnya.


Bagaimana harapan Anda untuk Hindu ke depan?


Masyarakat Hindu di masa depan harus memupuk hadirnya kelompok orang-orang yang selama hidupnya berkutat dalam hal-hal yang bersifat agama. Kelompok ini ada pada zaman Majapahit dan sangat kuat pada zaman Sriwijaya. Saya bukan mencontoh India saja, akan tetapi pada masa ini hanya di India kita melihat bagaimana peranan para sannyas mempertahankan tradisi yang sudah berumur ribuan tahun ini. Saya bertemu pengurus berbagai majelis agama maupun ordo yang rata-rata tidak terlalu tua, lulusan S3 berbagai perguruan tinggi terkenal, akan tetapi menelusuri kehidupan sebagai sannyas.


Jadi, berkembangnya organisasi keagamaan ini tidaklah ditunjang oleh orang-orang tua yang sudah hampir-hampir tidak memiliki masa depan, akan tetapi oleh generasi penerus yang sadar, yang menempuh kehidupan sunyi penuh abdi. Saya sering mengutip Katha Upanisad tentang orang buta yang menuntun orang buta. Hanya dengan hadirnya kelompok sannyas seperti inilah kita terhindar dari hal itu!

http://hindunesia.com/?p=417#more-417


Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br> Cepat sebelum diambil orang lain!

Pelajaran Sederhana Tentang Sorga Neraka

Seorang samurai bertubuh kekar dan tegap pada suatu hari mendatangi

seorang pertapa bertubuh kecil dan kurus. "Hai petapa," katanya dengan

nada suara yang terbiasa memberikan perintah, "Ajarkan saya tentang

surga dan neraka!"

 

Si petapa mendongakkan kepalanya memandang samurai gagah di depannya

and menjawabnya:, "Mengajarkanmu tentang surga dan neraka? Saya tidak

dapat mengajarkan apapun juga kepadamu. Pergilah sekarang."

 

Si samurai tampak marah. Mukanya merah padam menahan rasa marah yang

tinggi. Ia cabut pedangnya dan mengangkat di atas kepalanya bersiap

untuk menebas petapa itu dengan pedangnya.

"Itulah neraka," kata si petapa dengan nada yang tenang.

Si samurai terkejut.

 

Ketenangan dan kepasrahan dari mahluk kecil itu,

yang bersedia mempertaruhkan hidupnya, telah memberikan pelajaran

mengenai neraka kepadanya! Ia perlahan menurunkan pedangnya. Ia

merasakan rasa lega dan tiba-tiba merasa sangat tenang.

"Dan itulah surga," kembali si petapa berkata dengan tenang.

 

Dikutip dari: Bits & Pieces, May 1999

© The Economic Press Inc., 1999

 



Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang!

Thursday, September 24, 2009

Salah Berdoa ???

Seorang pria bermimpi masuk ke sebuah toko baru di pasar, dan terkejut

menemukan Tuhan di dalam toko. "Engkau menjual apa di sini?" ia

bertanya "Apa saja yang menjadi keinginan hatimu," jawab Tuhan.

Hampir tak percaya pada apa yang didengarnya, pria itu memutuskan

untuk meminta hal-hal terbaik yang diinginkan seorang manusia. "Aku

minta uang yang banyak, jabatan yang tinggi, istri yang cantik,

kawan-kawan yang setia dan kesehatan yang prima," katanya.

Mendengar hal itu, Tuhan pun tersenyum, "Kukira, engkau salah

menafsirkan Aku," kata-Nya. "Kami tidak menjual buah di sini. Yang

kami jual adalah benih."

 

Pembaca yang budiman, tahukah Anda mengapa Tuhan tidak mengabulkan doa

kita? Karena, kita salah berdoa. Ada tiga hal yang membuat doa kita

salah. Pertama, karena ketika berdoa kita meminta buah, bukannya

benih. Buah adalah akibat, sementara benih adalah sebab. Berdoa yang

benar adalah meminta sebab, bukannya akibat.

 

Kita sering meminta kesuksesan, jabatan, kekayaan dan ketenaran.

Padahal, Tuhan tak akan mengabulkan permintaan seperti ini karena

bertentangan dengan hukum alam. Bagaimana mungkin Anda akan sukses

jika Anda tidak menguasai prinsip-prinsip kesuksesan? Bagaimana

mungkin Anda akan mempunyai uang yang banyak bila Anda tidak

meningkatkan kemampuan Anda untuk mencari uang? Bagaimana mungkin Anda

akan mendapatkan banyak pelanggan kalau Anda tidak menghubungi lebih

banyak orang dan meningkatkan kemampuan persuasi Anda? Bagaimana Anda

bisa dihargai dan dihormati orang lain kalau Anda tidak meningkatkan

kemampuan komunikasi Anda?

 

Jadi, yang harus kita minta kepada Tuhan adalah "kemampuan kita

menghasilkan". Adapun "hasilnya" haruslah kita usahakan sendiri.

Karena bukankah dunia malah akan menjadi kacau-balau kalau Tuhan

mengabulkan doa orang-orang yang sekadar meminta "hasil" ini? Bukankah

pengabulan doa yang meminta hasil seperti ini hanya akan menjerumuskan

manusia menjadi orang yang malas, manja dan bodoh? Bukankah nantinya

akan banyak manusia yang tidak pernah meningkatkan kemampuannya,

tetapi hanya hidup dengan mengandalkan doa?

 

Yang lebih buruk lagi adalah karena dengan cara seperti ini tidak akan

ada lagi perbedaan antara orang yang punya kemampuan dan yang tidak.

Kalau doa semacam ini dikabulkan, bukankah dunia justru akan berjalan

dengan tidak adil? Bila tak ada lagi beda antara orang yang kompeten

dan yang tidak, bukankah yang terjadi hanyalah kehancuran?

Lagi pula, bukankah sering ketika berdoa kita meminta sesuatu yang

juga diminta oleh orang lain padahal yang kita minta itu hanya ada

dalam jumlah yang terbatas? Bayangkan saja, kalau ada tiga kandidat

beserta para pengikutnya berdoa untuk jabatan presiden, padahal

jabatan presiden itu hanya satu dan ketiga orang tersebut berdoa

dengan sangat khusyuk. Doa siapakah yang akan dikabulkan Tuhan? Kalau

hanya ada satu orang yang doanya terkabul, hal apakah yang dapat

membuat Tuhan mengabulkan doa orang ini dan bukan orang yang lain?

 

Alasan kedua mengapa doa kita tidak terkabul adalah karena doa

tersebut tidak punya tujuan lain selain untuk kepentingan kita

sendiri. Anda ingin sukses, tetapi kalau sudah sukses, apa rencana

Anda? Anda ingin kaya, tetapi kalau sudah kaya, lantas mau apa? Ini

yang masih tidak jelas. Dan karena ketidakjelasan ini, doa kita

bertentangan dengan asas manfaat.

 

Padahal, pengabulan doa kita oleh Tuhan selalu berkaitan dengan asas

manfaat. Bukankah Tuhan menjalankan alam semesta ini berdasarkan asas

manfaat? Bukankah tidak ada segala sesuatu – sekecil apa pun – yang

diciptakan Tuhan yang tidak memiliki manfaat?

 

Karena itu, segala sesuatu yang tidak memberikan manfaat senantiasa

bertentangan dengan hukum-hukum Tuhan. Nah, ketika kita berdoa meminta

kekayaan dan kesuksesan tanpa rencana yang jelas, berarti kita telah

gagal meyakinkan Tuhan mengenai manfaat dari apa yang sedang kita

minta. Ini tentu saja akan membuat doa kita tidak terkabul.

 

Pembaca yang budiman, prinsip ini sangatlah penting bagi terkabulnya

doa kita. Karena itu, bila sudah menguasai rumus ini, ketika berdoa

kepada Tuhan kita harus senantiasa menyertakan rencana kita yang jelas

mengenai bagaimana kita akan memanfaatkan segala yang kita peroleh

bukan untuk kepentingan kita sendiri, melainkan untuk kepentingan

banyak orang.

 

Agar doa kita berhasil, kita harus mampu meyakinkan Tuhan bahwa kita

mencari kekayaan karena kita mempunyai rencana untuk orang banyak.

Kita ingin menyekolahkan orang lain, membangun sekolah, rumah yatim

piatu, dan melakukan berbagai hal bagi kemaslahatan orang banyak.

Sayangnya, dalam berdoa sering motif kita hanya untuk kepentingan diri

sendiri. Bahkan, untuk diri sendiri pun kita masih tidak mengetahui

apa yang akan kita lakukan bila doa kita terkabul.

 

Alasan ketiga mengapa doa kita tidak terkabul adalah karena kita kerap

salah meminta kepada Tuhan. Kita meminta diberikan "ketenangan",

padahal kita sedang menghadapi sesuatu yang "bisa kita ubah".

Sebaliknya kita meminta diberikan "keberanian", padahal yang sedang

kita hadapi itu adalah sesuatu yang "tak bisa kita ubah". Doa semacam

ini terbalik, karena itu tidak aneh kalau Tuhan tidak mengabulkannya.

Padahal, ketika menghadapi sesuatu yang "bisa kita ubah", bukankah

yang seharusnya kita minta adalah "keberanian"? Dan bukankah ketika

menghadapi sesuatu yang "tak bisa kita ubah", kita justru perlu

meminta "ketenangan"?

 

Pembaca yang budiman, doa adalah alat yang paling mujarab yang telah

terbukti keandalannya dari masa ke masa. Doa yang benar senantiasa

mengandung kekuatan yang luar biasa karena dengan berdoa kita sedang

meminjam kekuatan Yang Maha Kuasa. Bahkan, dengan berdoa kita

sebenarnya sedang berusaha memengaruhi keputusan Tuhan. Bukankah Tuhan

sendiri sudah menjanjikan, "Mintalah kepada-Ku nanti akan Aku

kabulkan." ?


Artikel dari majalah SWA

 Oleh : Arvan Pradiansyah

 

URL : http://www.swa.co.id/swamajalah/pernik/details.php?cid=1&id=9700



Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini!

Sunday, September 20, 2009

Where do the terms “port” and “starboard” come from?

Click Me!

Before ships had rudders on their centerlines, they were steered using a specialized oar held by an oarsman located in the stern (back) of the ship. Since there were many more right-handed sailors than left-handed, the oar was affixed to the right side of the ship. The word starboard comes from the Old English word steorbord, literally meaning the side on which the ship is steered.  The term for the left side of the boat, larboard, is derived from the practice of sailors mooring on the left side (i.e., the larboard or loading side) to prevent the steering boards from being crushed. As "larboard" and "starboard" sounded too similar, larboard was changed to port.

FREE Animations for your email - by IncrediMail! Click Here!

Keterikatan Duniawi

Click Me!

Om Swastyastu,

 

Pada jaman dahulu di Nusantara, tersebutlah seorang pendekar

ternama, yang sangat disegani oleh kawan dan lawan-lawannya. Dia sangat

mahir memainkan berbagai jenis senjata, dia memiliki banyak ilmu-ilmu

aneh yang sulit dimengerti oleh pendekar-pendekar lainnya, gerakannya

sangat lincah dan gesit, sehingga tak satupun lawan yang bisa

mengalahkannya. Setiap kali ada pertandingan di daerahnya, sudah bisa

ditebak pemenangnya. Namun walaupun dia demikian hebat, tapi sang

Pendekar sangat rendah hati dan hidup sangat sederhana, suka menolong

dan membela yang lemah dan tidak segan-segan menurunkan tangan besinya

pada para pelaku kejahatan. Masyarakat sangat gembira dengan kehadiran

sang Pendekar, negeri jadi aman dan tentram. Dia selalu mengingatkan

murid-muridnya untuk setiap saat membacakan doa berikut:

 

"Sarve Bhavantu Sukhinah;

Sarve Santu Niraamayaah;

Sarve Bhadraani Pashyantu;

Maa Kashchida-Dukha-Bhaag-Bhav

eta

Om Shantih Shantih Shantih

 

Artinya:

Semoga setiap orang berbahagia.

Semoga setiap orang terbebas dari penyakit.

Semoga Setiap orang mendapatkan keberuntungan.

Semoga tak seorangpun jatuh pada kejahatan.

Semoga damai dihati semua mahluk, damai di dunia dan damai selalu dan selamanya.

 

Suatu hari sambil duduk di pinggir danau Sang Pendekar menimang-nimang

batu permata yang sangat bernilai tinggi. Sambil terus memperhatikan

keunikan dari benda antic yang satu ini, dia mengamati permukaan batu

permata itu dengan sangat serius, ups….. batu itu terlepas dari

tanggannya, hampir saja jatuh ke dalam danau. Dengan sigap gerakan

reflek yang dia miliki sebagai hasil dari latihan yang keras, dia

berhasil menangkap batu yang nyaris tenggelam ke dalam danau. Keringat

dingin mengucur di seluruh tubuhnya, tangannya gemetaran, sambil

mengelus-elus batu permata tersebut dia bergumam: "Huh… hampir saja

permata ini tenggelam di dalam danau…"

 

Sesaat sang Pendekar termenung sambil menatapi benda antik

ditangannya,..dia kemudian berkata pada dirinya sendiri: "Saya tidak

pernah gentar menghadapi kematian, saya mengalahkan banyak sekali

jagoan-jagoan ternama dinegeri ini, entah berapa pinpinan rampok dan

begal yang saya tumpas.. Lalu mengapa saya menjadi sangat cemas oleh

sebuah permata….?" Sambil tersenyum sang Pendekar kemudian melemparkan

permata itu ke tengah-tengah danau.." sambil melangkahkan kakinya

beranjak dari tepi danau itu dia bergumam: "Hmmmm…keterikatanlah yang

menyebabkan saya demikian takut kehilangan, dan menderita.

 

Dalam kehidupan ini disadari atau tidak kita seringkali mengikatkan

diri pada banyak objek seperti kisah di atas. Bahkan kini objek-objek

pengikat bentuknya sangat beragam bukan lagi berupa benda kasat mata

seperti batu permata milik sang Pendekar. Sebut saja objek kesuksesan,

kegagalan, kemenangan, kekalahan, nama baik, penghargaan, pujian,

hinaan, kata-kata, dan lain sebagainya. Kalo diperhatikan dengan

seksama ternyata dimana ada pengetahuan dan perasaan akan dualisme,

kalah dan menang, sukses dan gagal, maka penderitaan itu akan selalu

menjadi sahabat sejati yang tidak pernah meninggalkan kita.

 

Kalo ada yang gagal, pasti ada yang sukses, orang yang gagal akan

berdukacita, orang yang sukses akan bersukacita. Kalo ada yang menang

pasti ada yang kalah, pihak yang kalah akan sedih, pihak yang menang

akan senang. Gagal dan sukses, menang dan kalah adalah produk buatan

manusia, keduanya bisa menjadi guru agung dalam kehidupan ini. Dalam

banyak hal kegagalan lebih agung dari kesuksesan, Kegagalan kerap

membimbing kita menemukan celah-celah dalam diri. Sukses dan gagal

merupakan bagian hidup manusia. Kesuksesan jangan sampai menimbulkan

kesombongan, demikian pula kegagalan jangan sampai menimbulkan

demotivasi. Seorang kawan pernah berkata, gagal dalam bahasa Inggrisnya

: FAIL = First Action In Learning, Kegagalan banyak memberitahu

kelemahan dan kekurangan kita, bahkan konon orang-orang besar adalah

mereka yang mampu mengelola setiap kegagalannya menjadi vitamin untuk

menambah energi menuju sukses.

 

Mengikatkan diri pada sesuatu hal akan menyulitkan kita bergerak maju,

bukankan kebebasan yang membuat kita bisa bergerak cepat…. Belenggu

yang kuat akan menghambat setiap gerakan kita, apapun bentuk dari

belenggu itu…. Bagaimana melepaskan diri dari semua belenggu…? Hidup

ini untuk dijalani bukan untuk mengikatkan diri padanya… Ahh…ini sih

hanya pikiran saya belum tentu juga benar… jangan-jangan saya menulis

ini juga karena saya terikat dengan tulisan ini…sama saja

dong…hihihiihihi…ngabur ahh..

 

Om Santhih Santhih Santhih

 

http://singaraja.wordpress.com

Made M.

Abu Dhabi

FREE Animations for your email - by IncrediMail! Click Here!

Thursday, September 17, 2009

Pandangan Kita Terbatas, Pandangan Tuhan Tidak Terbatas

Pada suatu hari, Tuhan memanggil dua malaikat, yang satu senior dan yang

satu junior untuk diutus ke Bumi. Sebelum diutus ke Bumi, Tuhan berpesan

kepada malaikat yang junior untuk tidak banyak bertanya. Boleh bertanya bila

benar-benar penting. Tugas yang junior hanya memperhatikan apa yang

dilakukan oleh seniornya.

 

Maka turunlah mereka ke Bumi dengan menyamar sebagai hamba Tuhan. Pada suatu

ketika, sampailah mereka pada sebuah rumah tua yang sangat mewah, yang baru

dibeli oleh seorang kaya. Orang kaya ini sangat pelit. Maka diketuklah pintu

rumah orang kaya itu. Orang kaya membuka pintu rumah dengan tidak ramah dan

terjadilah pembicaraan sebagai berikut:

 

Orang kaya: Ada apa? Kenapa malam-malam begini berkunjung ? (dengan nada

yang tidak senang)

Malaikat senior: Saya seorang hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, tapi

karena sudah malam, saya ingin menumpang tinggal di rumah bapak, dan besok

kami akan berangkat lagi untuk meneruskan perjalanan kami.

Orang kaya: Waduh, saya tidak punya kamar buat kalian, bagaimana kalau

tinggal di lantai dasar rumah saya? Kalian tidak ada makan malam ya, dan

besok pagi-pagi benar harus sudah keluar dari rumah saya (dengan nada yang

tinggi).

Malaikat senior: Oh tidak apa-apa, asal kami ada istirahat saja. Terima

kasih atas bantuannya.

Malaikat junior sangat kesal atas perlakuan orang kaya itu, ia ingin

menghukum orang kaya tersebut, tapi dia ingat akan pesan Tuhan untuk tidak

melakukan apa-apa.


Maka sampailah mereka di basement yang sangat lembab dan penuh kotoran, lalu

beristirahatlah mereka, ketika mau tidur malaikat senior melihat ada sesuatu

yang bolong pada tembok dan segera dia menutup tembok yang bolong itu dengan

rapi lalu tidur. Dalam hati malaikat junior bilang, "Wah hebat senior saya,

dia membalas kejahatan dengan kebaikan, saya telah belajar sesuatu dari dia.

Pantas dia menjadi senior saya."

 

Keesokan harinya pergilah mereka dari rumah orang kaya tersebut dan

meneruskan perjalanan mereka. Ketika hari mendekati malam, tibalah mereka

pada rumah gubuk milik keluarga yang miskin dan minta izin untuk tinggal di

gubuk tersebut. Terjadilah percakapan sebagai berikut:

 

Malaikat senior: Bapak, saya hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, hari

hampir malam, bolehkah saya tinggal di rumah bapak?

Bapak tua: Oh boleh, silakan tinggal di sini. Bapak-bapak sekarang mandi

dulu dan setelah mandi kami akan siapkan makan buat bapak.

Maka mandilah kedua malaikat itu, setelah mandi mereka makan dengan makanan

yang telah disediakan.

Bapak tua: Di rumah kami hanya ada satu kamar, tapi biarlah bapak-bapak

tidur di kamar kami dan kami akan tidur di dapur.

Malaikat senior lansung masuk ke kamar dan istirahat. Dalam hati malaikat

junior merasa tidak adil atas perlakuan malaikat senior, seharusnya yang

tidur di dapur adalah mereka bukan pemilik rumah. Tapi ia pendam hal itu

dalam hatinya. Pagi-pagi terdengarlah kabar yang menggemparkan di rumah

bapak tua ini, karena domba satu-satunya milik mereka mati. Malaikat senior

tetap tenang dan hanya berkata:

Malaikat senior: Bapak, saya turut prihatin atas kejadian ini, namun saya

akan pergi untuk melanjutkan perjalanan kami. Lalu pergi meninggalkan rumah

tersebut.

 

Malaikat junior merasa kesal dengan sang senior, dia berpikir kenapa

malaikat senior begitu baik pada orang kaya yang pelit dengan menambal

tembok yang bolong, sedangkan dengan orang tua ini tidak melakukan apa-apa.

Seharusnya malaikat senior menghalangi kematian domba itu, sehingga domba

itu tidak mati, karena mereka sudah melakukan kebaikan. Malaikat junior

tidak tahan dengan kekesalannya, maka bertanyalah ia kepada malaikat senior.

Malaikat junior: Senior, kenapa kamu pilih-pilih kasih menolong orang? Orang

kaya yang pelit kamu tolong dengan menambal tembok yang bolong, sedangkan

orang tua yang baik hati kau biarkan domba satu-satunya mati?

 

Malaikat senior dengan tenang menjawab kepada malaikat junior: "Apa yang

kamu lihat itu baru sebagian, belum keseluruhan dari kejadiannya". Malaikat

junior bingung, dan minta penjelasan pada malaikat senior.

Malaikat senior: Kamu tahu, ketika kita tinggal di tempat orang kaya yang

pelit itu, kita melihat tembok yang bolong. Tahukah kamu apa yang ada di

dalam tembok bolong itu? Di dalam tembok bolong itu terdapat harta karun

yang sangat besar banyaknya. Karena dia orang yang pelit maka saya tutup

tembok tersebut supaya dia tidak tahu ada harta karun di situ.

 

Malaikat junior manggut-manggut baru mengerti, lalu dia bertanya, "Bagaimana

dengan orang tua yang baik hati itu?"

Malaikat senior: Kamu tahu, waktu kita tinggal pada tempat orang tua yang

baik hati itu, dia memberikan kamarnya untuk kita tidur, ketika kita tidur

malaikat maut datang untuk mangambil nyawa istri bapak tua itu. Beginilah

ceritanya:

 

Malaikat maut: Loh, kok kamu yang tidur di sini, seharusnya seorang ibu kan?

Malaikat senior: Oh, ibu itu memberikan kamarnya buat kami untuk istirahat,

dia tidur di dapur.

Malaikat maut: Waduh bagaimana ini, saya harus mencabut nyawa orang yang

tidur di kamar ini, kamu enggak mungkin saya cabut, kita kan sahabat.

Malaikat senior: Yah bilang saja kalau saya yang tidur di sini.

Malaikat maut: Wah tidak bisa, saya tetap harus mencabut nyawa.

Malaikat senior: Bagaimana kalau kamu cabut nyawa dombanya?

Malaikat maut: Ya deh, dombanya saja. Maka matilah domba itu, sebagai ganti

nyawa istri bapak tua yang baik hati.

 

Ternyata apa yang sering kita lihat itu tidak sempurna, kadang-kadang kita

curiga pada Tuhan kenapa tidak memberikan yang baik pada kita, sesungguhnya

yang terbaik dia sediakan bagi kita. Pandangan kita terbatas, pandangan

Tuhan tidak terbatas. (SN)*

 



Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi!
Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba!