We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Tuesday, March 9, 2010

Kemanakah Lift Kehidupan Kita Menuju ?

Hore Hari Baru!
Teman-teman.

Kita semua tentu mengenal lift. Dengan alat itu kita bisa naik atau turun
tingkat pada sebuah gedung tinggi. Jika kita ingin naiktinggal menekan
tombol naiklalu lift membawa badan kita naik. Jika kita ingin turuntinggal
pencet tombol turunlalu lift itu dengan patuh membawa tubuh kita turun.
Secara kasat matalift membawa kita naik atau turun. Namun apakah lift juga
bisa membawa 'diri' kita menuju ke tingkat yang kita inginkan?

Saya pernah berkantor di sebuah gedung perkantoran yang langka di jantung
kota Jakarta. Gedung itu bernama GKBI yang letaknya persis diseputaran
jembatan Semanggi. Mengapa saya sebut langka karena gedung itu memiliki lift
yang unik. Pada kebanyakan gedung bertingkat lain jika kita ingin menuju ke
lantai tertentu kita cukup menekan tombol up atau down saja. Jika ada orang
lain yang sudah menekan tombol itu maka kita tidak usah bersusah repot lagi
untuk menekannya. Istilahnya kita bisa nebeng kepada usaha orang lain untuk
tiba di tingkat yang kita inginkan. Ketika salah satu pintu lift akan
terbuka. Lalu kita memasukinya. Didalam lift itu barulah kita menekan tombol
nomor lantai yang hendak kita tuju. Jika ada orang lain yang sudah menekan
ke lantai yang kita ingin tujukita boleh berdiam diri saja. Kita sebut saja
system seperti ini sebagai lift konvensional.

Di gedung GKBI tidak bisa begitu. Karena untuk menuju ke lantai tertentu
kita harus 'terlebih dahulu' menekan nomor lantai yang kita inginkan secara
digital 'diluar lift'. Setelah itu sistem canggih tersebut memilihkan untuk
kita lift mana yang akan membawa kita ke lantai yang kita inginkan.
Contohnya kita menekan angka 1 dan 0 untuk menuju ke lantai 10. Maka sistem
itu akan mengarahkan kita kepada lift P misalnya. Dan itu berarti bahwa kita
harus menggunakan lift P untuk bisa sampai ke tempat yang akan dituju.
Ketika pintu lift yang bukan P terbuka maka kita diam saja. Sekalipun lift
itu masih kosong. Sekalipun kita sedang terburu-buru kita tetap tidak
memasukinya. Mengapa? Karena lift itu tidak akan membawa kita ke Lt 10 yang
kita tuju. Dan karenanya kita akan tetap fokus kepada lift P. Dan kita hanya
akan memasuki lift P seperti niat kita semula. Ketika pintu lift P
terbuka kita memasukinya tanpa harus menekan apapun lagi. Karena lift itu
akan membawa kita ke lantai 10 yang kita pilih diawal tadi. Saya menyebutnya
lift kontemporer.

Lift konvensional versus lift kontemporer. Di lift konvensional kita boleh
saja menyerahkan tujuan hidup kita kepada arus yang diciptakan oleh orang
lain. Kita boleh ikut orang lain yang sudah terlebih dahulu menekan tombol.
Tidak masalah apakah tujuan orang itu sama dengan tujuan kita atau tidak.
Begitu tombol up atau down ditekan oleh orang lain maka kita tinggal
mengikuti arusnya saja.

Di lift kontemporer kita tidak bisa lagi melakukan hal itu. Artinya kita
tidak bisa mengikuti saja apa yang orang lain lakukan dengan lift itu tanpa
tahu
tujuannya terlebih dahulu. Kita boleh mengikuti orang itu hanya jika kita
tahu persis bahwa tujuan orang itu adalah lantai yang sama dengan yang ingin

kita tuju. Anda tidak boleh mengikuti orang lain jika tujuannya berbeda
dengan Anda. Bahkan Anda pun tidak boleh mengikuti orang lain dan
menyerahkan
tujuan Anda kepada orang lain yang Anda tidak tahu apakah tujuannya sama
dengan Anda atau tidak.

Lift konvensional versus lift kontemporer. Di lift konvensional kita tidak
perlu merencanakan kemana kita akan pergi. Di lift kontemporer kita harus
merencanakan kemana kita akan pergi. Sebabjika kita tidak merencanakan
kepergian kita maka begitu memasuki lift kontemporer ini kita akan langsung
tersesat. Sebab lift itu tidak membawa kita ke tempat yang ingin kita tuju.
Melainkan tempat antah berantah yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Jika lantai yang ingin kita tuju itu adalah 'tujuan hidup' kita. Dan jika
kehidupan kita ini adalah sebuah lift yang akan membawa kita kepada tujuan
hidup yang ingin kita capai itu maka kiranya layak jika kita mengajukan 3
pertanyaan ini:

Pertama"Apakah kita bisa mengandalkan dan menyandarkan diri kepada orang
lain yang belum jelas kemana arah tujuannya?"

Kedua"Apakah kita bisa memasuki pintu lift peristiwa kehidupan mana saja
yang tidak jelas ke lantai kehidupan mana dia akan menuju?"

Ketiga"Apakah kita bisa membiarkan diri kita dibawa oleh lift kehidupan itu
tanpa harus menentukan terlebih dahulu lantai dimana tujuan kehidupan kita
didefinisikan?"

Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift kehidupan konvensional
hingga kita boleh saja menyerahkan seluruh kepentingan hidup dan tujuan
hidup kita kepada orang lain yang sudah terlebih dahulu men-set lift itu.
Sebab ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan kontemporer.
Sehingga
kita harus benar-benar melakukan sendiri dan menentukan sendiri tujuan yang
ingin kita capai dalam hidup kita.

Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift konvensional hingga kita
boleh saja memasuki lift kehidupan manapun yang terbuka lebih dahulu.
Sebab ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan kontemporer.
Sehingga kita harus benar-benar fokus hanya kepada lift kehidupan yang akan
membawa kita kepada tempat tujuan yang sudah kita rencanakan saja.

Kita tidak selama-lamanya berhadapan dengan lift kehidupan konvensional
hingga boleh-boleh saja jika kita tidak menekan dan merencanakan tombol
tujuan kehidupan sebelum memulai perjalanan ini. Karena didalam lift
kehidupan konvensional "akan ada kesempatan" untuk menekan tombol itu. Nanti

didalam lift. Namun ada kalanya kita berhadapan dengan lift kehidupan
kontemporer. Sehingga untuk bisa sampai kepada tujuan hidup yang kita
inginkan kita harus memulainya dengan merencanakannya terlebih dahulu. Sebab
didalam lift kehidupan kontemporer 'tidak akan ada lagi kesempatan'
untuk menekan tombol itu. Semuanya serba terlambat. Dan kita akan segera
tersesat.

Namun demikian lift kehidupan konvensional dan lift kehidupan kontemporer
memberi kita inspirasi untuk menentukan kapan saatnya kita boleh mengikuti
arus yang dibuat oleh orang lain. Dan kapan saatnya untuk mengandalkan
kemampuan diri kita sendiri.

Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman
Natural Intelligence & Mental Fitness Learning Facilitator
Talk Show setiap Jumat jam 06.30-07.30 di 103.4 DFM Radio Jakarta

Catatan Kaki:
Kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa tak satupun dari pencapaian yang
kita raih tanpa campur tangan orang lain. Namun tidaklah masuk akal jika
kita menyerahkan arah masa depan kita kepada orang lain.

No comments: