Pada suatu hari, Tuhan memanggil dua malaikat, yang satu senior dan yang
satu junior untuk diutus ke Bumi. Sebelum diutus ke Bumi, Tuhan berpesan
kepada malaikat yang junior untuk tidak banyak bertanya. Boleh bertanya bila
benar-benar penting. Tugas yang junior hanya memperhatikan apa yang
dilakukan oleh seniornya.
Maka turunlah mereka ke Bumi dengan menyamar sebagai hamba Tuhan. Pada suatu
ketika, sampailah mereka pada sebuah rumah tua yang sangat mewah, yang baru
dibeli oleh seorang kaya. Orang kaya ini sangat pelit. Maka diketuklah pintu
rumah orang kaya itu. Orang kaya membuka pintu rumah dengan tidak ramah dan
terjadilah pembicaraan sebagai berikut:
Orang kaya:
yang tidak senang)
Malaikat senior: Saya seorang hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, tapi
karena sudah malam, saya ingin menumpang tinggal di rumah bapak, dan besok
kami akan berangkat lagi untuk meneruskan perjalanan kami.
Orang kaya: Waduh, saya tidak punya kamar buat kalian, bagaimana kalau
tinggal di lantai dasar rumah saya? Kalian tidak ada makan malam ya, dan
besok pagi-pagi benar harus sudah keluar dari rumah saya (dengan nada yang
tinggi).
Malaikat senior: Oh tidak apa-apa, asal kami ada istirahat saja. Terima
kasih atas bantuannya.
Malaikat junior sangat kesal atas perlakuan orang kaya itu, ia ingin
menghukum orang kaya tersebut, tapi dia ingat akan pesan Tuhan untuk tidak
melakukan apa-apa.
Maka sampailah mereka di basement yang sangat lembab dan penuh kotoran, lalu
beristirahatlah mereka, ketika mau tidur malaikat senior melihat ada sesuatu
yang bolong pada tembok dan segera dia menutup tembok yang bolong itu dengan
rapi lalu tidur. Dalam hati malaikat junior bilang, "Wah hebat senior saya,
dia membalas kejahatan dengan kebaikan, saya telah belajar sesuatu dari dia.
Pantas dia menjadi senior saya."
Keesokan harinya pergilah mereka dari rumah orang kaya tersebut dan
meneruskan perjalanan mereka. Ketika hari mendekati malam, tibalah mereka
pada rumah gubuk milik keluarga yang miskin dan minta izin untuk tinggal di
gubuk tersebut. Terjadilah percakapan sebagai berikut:
Malaikat senior: Bapak, saya hamba Tuhan yang sedang dalam perjalanan, hari
hampir malam, bolehkah saya tinggal di rumah bapak?
Bapak tua: Oh boleh, silakan tinggal di sini. Bapak-bapak sekarang mandi
dulu dan setelah mandi kami akan siapkan makan buat bapak.
Maka mandilah kedua malaikat itu, setelah mandi mereka makan dengan makanan
yang telah disediakan.
Bapak tua: Di rumah kami hanya ada satu kamar, tapi biarlah bapak-bapak
tidur di kamar kami dan kami akan tidur di dapur.
Malaikat senior lansung masuk ke kamar dan istirahat. Dalam hati malaikat
junior merasa tidak adil atas perlakuan malaikat senior, seharusnya yang
tidur di dapur adalah mereka bukan pemilik rumah. Tapi ia pendam hal itu
dalam hatinya. Pagi-pagi terdengarlah kabar yang menggemparkan di rumah
bapak tua ini, karena domba satu-satunya milik mereka mati. Malaikat senior
tetap tenang dan hanya berkata:
Malaikat senior: Bapak, saya turut prihatin atas kejadian ini, namun saya
akan pergi untuk melanjutkan perjalanan kami. Lalu pergi meninggalkan rumah
tersebut.
Malaikat junior merasa kesal dengan sang senior, dia berpikir kenapa
malaikat senior begitu baik pada orang kaya yang pelit dengan menambal
tembok yang bolong, sedangkan dengan orang tua ini tidak melakukan apa-apa.
Seharusnya malaikat senior menghalangi kematian domba itu, sehingga domba
itu tidak mati, karena mereka sudah melakukan kebaikan. Malaikat junior
tidak tahan dengan kekesalannya, maka bertanyalah ia kepada malaikat senior.
Malaikat junior: Senior, kenapa kamu pilih-pilih kasih menolong orang? Orang
kaya yang pelit kamu tolong dengan menambal tembok yang bolong, sedangkan
orang tua yang baik hati kau biarkan domba satu-satunya mati?
Malaikat senior dengan tenang menjawab kepada malaikat junior: "Apa yang
kamu lihat itu baru sebagian, belum keseluruhan dari kejadiannya". Malaikat
junior bingung, dan minta penjelasan pada malaikat senior.
Malaikat senior: Kamu tahu, ketika kita tinggal di tempat orang kaya yang
pelit itu, kita melihat tembok yang bolong. Tahukah kamu apa yang ada di
dalam tembok bolong itu? Di dalam tembok bolong itu terdapat harta karun
yang sangat besar banyaknya. Karena dia orang yang pelit maka saya tutup
tembok tersebut supaya dia tidak tahu ada harta karun di situ.
Malaikat junior manggut-manggut baru mengerti, lalu dia bertanya, "Bagaimana
dengan orang tua yang baik hati itu?"
Malaikat senior: Kamu tahu, waktu kita tinggal pada tempat orang tua yang
baik hati itu, dia memberikan kamarnya untuk kita tidur, ketika kita tidur
malaikat maut datang untuk mangambil nyawa istri bapak tua itu. Beginilah
ceritanya:
Malaikat maut: Loh, kok kamu yang tidur di sini, seharusnya seorang ibu
Malaikat senior: Oh, ibu itu memberikan kamarnya buat kami untuk istirahat,
dia tidur di dapur.
Malaikat maut: Waduh bagaimana ini, saya harus mencabut nyawa orang yang
tidur di kamar ini, kamu enggak mungkin saya cabut, kita
Malaikat senior: Yah bilang saja kalau saya yang tidur di sini.
Malaikat maut: Wah tidak bisa, saya tetap harus mencabut nyawa.
Malaikat senior: Bagaimana kalau kamu cabut nyawa dombanya?
Malaikat maut: Ya deh, dombanya saja. Maka matilah domba itu, sebagai ganti
nyawa istri bapak tua yang baik hati.
Ternyata apa yang sering kita lihat itu tidak sempurna, kadang-kadang kita
curiga pada Tuhan kenapa tidak memberikan yang baik pada kita, sesungguhnya
yang terbaik dia sediakan bagi kita. Pandangan kita terbatas, pandangan
Tuhan tidak terbatas. (SN)*
Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi!
Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba!
No comments:
Post a Comment