We are all unique individuals. Kita memiliki anggota tubuh, penampilan, dan pikiran yang berbeda dengan orang lain. So be your self !!!

Saturday, October 31, 2009

Penyakit Anjing Gila (Rabies)

Dr.H.Sudradjat SB.
Penyebab dan perantara penularan.
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus, yaitu virus rabies yang
menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat (SSP).
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah anjing dan
binatang-binatang liar seperti kera, kelelawar dsb.
Manifestasi penyakit
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 10 hari sampai dengan 7 bulan, orang
yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dengan gejala-gejala
sebagai berikut :
Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, tak nafsu makan,
lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan
(anjing/binatang liar tsb).
Gejala di atas kemudian dengan cepat diikuti hiperestesi dan hipereksitasi
mental serta neuromuskular, diikuti dengan kaku kuduk dan kejang-kejang
otot-otot yang berfungsi dalam proses menelan dan pernafasan. Sedikit
rangsangan berupa cahaya, suara, bau ataupun sedikit cairan dapat
menimbulkan reflex kejang-kejang tersebut.
Keadaan tersebut selanjutnya berkembang menjadi kekejangan umum dan
kematianpun umumnya terjadi pada tahap ini.
Pengobatan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan imunisasi pasif dengan
serum anti rabies, dan pengobatan yang bersifat suportif dan simtomatik.
Luka gigitan dirawat dengan tehnik tertentu dengan tujuan menghilangkan dan
menonaktifkan virus. Immunisasi aktif dengan vaksin anti rabies sebelum
tanda-tanda dan gejala muncul sekaligus merupakan usaha pencegahan bila ada
kecurigaan binatang yang menggigit mengidap rabies.
Pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan anjing atau binatang-binatang liar. Bila sudah terjadi maka binatang tersebut harus diobservasi oleh dokter hewan untuk kemungkinan rabies. Bila binatang tersebut menunjukkan tanda-tanda rabies atau bahkan mati dalam waktu 10 hari maka harus dilakukan pemeriksaan laboratorik terhadap otak binatang tersebut untuk memastikan diagnosa.

No comments: